Liputan6.com, Jakarta - Rumah milik Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto atau HOS Tjokroaminoto, Surabaya, Jawa Timur sejak 2017 telah disulap menjadi museum. Bangunan bekas rumah pahlawan nasional ini ada di Jalan Peneleh Gg VII. Di rumah yang sederhana ini, tersirat kisah perjuangan anak-anak muda yang menjadi orang penting di Indonesia.
HOS Tjokroaminoto yang lahir di Tegalsari, Ponorogo, 16 Agustus 1882 dikenal sebagai tokoh nasionalis. Ia juga dikenal sebagai muassis atau pentolan organisasi politik Sarikat Islam. Rumahnya kini dapat kita kunjungi loh!
Rumahnya yang dibangun pada 1870-an ini memiliki nuansa khas bangunan Jawa. Di bagian depan terdapat pagar setinggi 1 meter yang dilengkapi dengan empat pilar kayu untuk menyokong atap. Lantai rumahnya pun masih berwarna kuning kecokelatan bercampur merah marun yang menjadi khas rumah lawas yang bersahaja.Â
Advertisement
Baca Juga
Masuk ke ruang tamu, pengunjung seolah larut dalam masa Indonesia kuno. Terdapat empat buah kursi berbahan jati serta meja pelengkap yang tersusun rapi di sebelah kanan ruangan. Tak hanya itu, terdapat pula rak peralatan rumah tangga berbahan kayu jati. Di atas rak, terpajang 5 foto kuno yang semuanya menunjukkan aktivitas HOS Tjokroaminoto saat aktif di Sarikat Islam.
Di sisi lain, terdapat dua kamar yang posisinya saling berhadapan. Kamar yang terletak di sisi kiri adalah kamar kos. Dahulu HOS Tjokroaminoto memang menyediakan kamar di rumahnya untuk menjadi indekos. Rata-rata yang indekos di sana adalah kaum pelajar dari berbagai kota. Sedangkan HOS Tjokroaminoto, RA Suharsikin (istrinya) dan anak-anaknya menempati kamar di sisi satunya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Tempat Belajar Soekarno
Di bagian belakang, terdapat kamar yang unik. Keunikan kamar ini karena menyatu dengan bagian atap. Dikisahkan, kamar itu adalah kamar Bung Karno. Di kamar itu juga HOS Tjokroaminoto sering mengajar murid-muridnya.
Selain itu, pengunjung dapat melihat kumpulan foto anak-anak muda yang pernah indekos di sana. Terpampang foto Bung Karno, Muso, Semaun, dan Kartosuwiryo. Mereka semua adalah murid-murid HOS Tjokroaminoto. Melansir dari suarasurabaya.net, Maulisa Nusiara Kabid Kebudayaan Disbudpar Surabaya mengatakan, dikarenakan perbedaan ideologi politik, mereka akhirnya berkiprah pada takdirnya masing-masing.
Soekarno menjadi seorang nasionalis dan proklamator RI. Sedangkan Muso lama menjalani hidupnya di Soviet dan memilih menjadi penggerak pemberontakan PKI 1948 di Madiun. Semau menjadi tokoh penting saat PKI awal tumbuh. Kartosuwiryo mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) pada 1949. Sementara Tan Malaka menjadi aktivis pergerakan untuk kemerdekaan.
Di kediaman yang sederhana itu, mereka berkumpul untuk saling berdiskusi, berdebat, bercengkerama dan belajar ilmu agama dari HOS Tjokroaminoto. Sementara untuk kelengkapan destinasi wisata, rumah itu juga dilengkapi buku sejarah yang bisa pengunjung baca. Terdapat pula barang peninggalan yang dijaga otentikasinya, seperti pakaian yang biasa dikenakan HOS Tjokroaminoto.
Selain Museum HOS Tjokroaminoto, di Kampung Peneleh ini masih banyak tempat bersejarah yang bisa dikunjungi, seperti rumah kelahiran Bung Karno, masjid tua peninggalan Sunan Ampel, toko buku Peneleh, dan makam Belanda.
(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)
Advertisement