Liputan6.com, Jakarta - PT Cipta Karya telah memasang separator sebagai pemisah antara air, minyak dan gas di lokasi semburan lumpur minyak dan gas di perumahan Kutisari Utara, Surabaya, Jawa Timur.
Pemasangan separator itu dilakukan pada Jumat, 11 Oktober 2019 dan beroperasi pada Minggu 13 Oktober 2019. Kepala Bidang Bangunan Gedung PT Cipta Karya, Iman Krestian menuturkan, ada dua tandon fiber dan dua biofilter yang dilengkapi bio ball untuk memisahkan minyak dari air di semburan lumpur.
Saat ini semburan lumpur di perumahan Kutisari Surabaya mengandung sekitar 70-90 persen air. Volume semburan lumpur mengandung minyak dan gas tersebut pun naik turun. "Volume semburan minyak fluktuaktif. Rata-rata standarnya 750 liter semburan," ujar Iman saat dihubungi Liputan6.com,Selasa (15/10/2019).
Advertisement
Baca Juga
Ia menambahkan, sejumlah instansi juga sudah mengambil sampel semburan lumpur minyak dan gas tersebut. Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya mengambil sampel untuk menguji minyak dan sedimen lumpur. Kemudian juga juga Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mengambil sampel itu.
"Kalau ESDM untuk pengolahan minyak. ESDM mengkaji bagaimana penggunaan minyak tersebut apakah bisa digunakan untuk industri," tutur Iman.
Iman menuturkan, saat ini juga sejumlah pihak juga sedang mencari posisi titik awal semburan lumpur minyak dan gas di Kutisari. Hal ini karena semburan yang terjadi di salah satu rumah di Kutisari Surabaya bukan titik awal semburan. Saat ini juga masih ada sejumlah dugaan mengenai penyebab semburan lumpur minyak tersebut. ”Ini masih diselidiki penyebab semburan lumpur minyak itu,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
ESDM Jawa Timur Siap Pasang Separator di Semburan Lumpur
Sebelumnya, Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Timur (Jatim) bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim dan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Jatim memasang separator (pemisah) di lokasi semburan lumpur di perumahan Kutisari Utara Surabaya.
"Separator itu untuk memisahkan antara air, minyak dan gas. Nanti dibuatkan penampungan sementara karena nanti ada ruangnya," ujar Kepala Dinas ESDM Jatim Setiajit kepada wartawan di Surabaya, Rabu 9 Oktober 2019 dilansir Antara.
Untuk pemasangannya, BPBD siap membantu, tapi membutuhkan surat pernyataan dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, kejadian semburan lumpur ini membutuhkan penanganan darurat sehingga harus ditanggulangi.
Mantan Kepala Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi tersebut segera berkirim surat ke Wali Kota Surabaya untuk membuat pernyataan darurat agar segera ditanggulangi.
"Sebab jika sudah ada pernyataan itu maka BPBD bersama IAGI akan membangun separator," tutur dia.
Dengan dipasang separator, Setiajit menyatakan, akan bermanfaat bagi warga sekitar, sebab gas yang keluar dari sumur tua bisa dimanfaatkan untuk kepentingan warga. Sedangkan minyaknya diserahkan ke Pertamina.
"Nanti dilihat seberapa besar gas yang ada. Kalau airnya dipisahkan, selanjutnya dibuang ke saluran air. Karena air yang mengandung minyak dan gas itu membahayakan, seperti limbah B3," ujar dia.
Advertisement
Selanjutnya
Sementara itu, Ketua IAGI Jatim, Handoko Teguh Wibowo menuturkan, munculnya semburan lumpur mengandung minyak dan gas itu tak bisa dilepaskan dari sejarah masa lampau.
Dia menuturkan, Belanda mengeksplorasi minyak di blok Kuti yang di dalamnya ada rembesan-rembesan minyak dan gas di beberapa titik pada 1888.
Tercatat di referensi, ada sekitar 80-an lubang bor di blok Kuti, yang artinya sangat produktif produksi minyak pada saat itu, lalu pada 1890, Belanda membuat penyulingan minyak di Wonokromo yang merupakan kilang minyak pertama di Indonesia.
"Belanda membuatnya dengan alasan ada jalur distribusi Kalimas, Brantas dan rel kereta api. Begitu produktifnya Kuti, kemudian Belanda memulai eksplorasi di sekitar Kuti. Dari 80 sumur yang terindentifikasi, 34 yang masih eksis, dan yang tak diketahui ada 46 sumur," kata dia.
Dia menduga semburan lumpur di Kutisari merupakan satu lubang bor yang masih eksis, kemudian kepala sumurnya sudah hilang sehingga tak diketahui permukaannya.
"Artinya, masih produksi minyak di Kutisari. Karena itu, kami akan memasang separator di sana," tutur dia.