BMKG Juanda Imbau Warga Jawa Timur Waspada Cuaca Ekstrem Saat Pancaroba

BMKG Juanda memprediksi, Jawa Timur mulai memasuki awal musim hujan secara umum pada November 2019.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Okt 2019, 14:45 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2019, 14:45 WIB
(Foto: Instagram @Surabaya)
Pohon Tabebuya di Surabaya, Jawa Timur (Foto:Instagram @Surabaya)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda mengimbau masyarakat Jawa Timur (Jatim) mewaspadai ada potensi cuaca ekstrem seperti hujan es, hujan lebat secara tiba-tiba angin kencang dan puting beliung.

Hal ini mengingat Jawa Timur mulai memasuki awal musim hujan secara umum pada November. Selain itu pada masa peralihan dari musim kemarau menuju musum hujan (musim pancaroba) pada Oktober-November 2019.

"Harap waspadai adanya potensi cuaca ekstrem seperti hujan es hujan lebat secara tiba-tiba, angin kencang sesaat yang berasal dari awan Cumolonimbus baik itu puting beliung, ataupun downburst serta ada peningkatan intensitas sambaran petir yang berasal dari Cumulonimbus," ujar Plt Kepala Stasiun Meteorologi (BMKG) Kelas I Juanda Rofiq Isa Mansur seperti dikutip dari keterangan tertulis, Senin (21/10/2019).

Ia menambahkan, hujan yang terjadi saat masa pancaroba bersifat sporadis atau tidak merata dan terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas lebat sehingga harap diwaspadai timbulnya genangan air. Intensitas angin kencang sesaat yang bersifat merusak akan meningkat pada masa transisi/pancaroba.

"Tidak semua angin kencang yang yang merusak tersebut adalah puting beliung. Dalam istilah meteorologi angin kencang atau hempasan udara dingin yang berasal dari awan Cumolonimbus disebut dengan downburst. Downburst sama berbahayanya dengan puting beliung," ujar dia.

Oleh karena itu, BMKG Juanda mengimbau kepada masyarakat Jawa Timur agar selalu waspada terhadap berbagai cuaca ekstrem di masa pancaroba dan selalu menjaga kesehatan akibat pengaruh perubahan cuaca.

 

 

*** Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

BMKG Juanda Prediksi Jawa Timur Alami Musim Hujan pada November 2019

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Taman Mozaik di Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda memperkirakan musim hujan di Jawa Timur (Jatim) terjadi pada November 2019.

Berdasarkan data BMKG Juanda, musim kemarau dan pancaroba masih terjadi pada Oktober 2019. Sebagian kecil wilayah Jawa Timur sudah memasuki awal musim hujan sekitar lima persen. Di sisi lain, sebagian besar wilayah Jawa Timur atau 95 persen diperkirakan masih kekeringan panjang hingga ekstrem atau tidak ada hujan selama 21-60 hari bahkan lebih.

Jawa Timur diprediksi alami musim hujan pada November 2019. Sebagian besar wilayah Jawa Timur sudah memasuki awal musim hujan sekitar 63 persen. Mengacu pada data tahun lalu, November juga termasuk bulan yang sering terjadi puting beliung mencapai 25 persen.

"Awal musim penghujan hampir merata di Jawa Timur pada November dasarian 1-3," ujar Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Surabaya, Teguh Tri Susanto, saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Jumat 18 Oktober 2019.

Dasarian merupakan rentang waktu selama 10 hari. Dalam satu bulan dibagi menjadi tiga dasarian antara lain dasarian I dari tanggal 1 hingga 10, dasarian II tanggal 11 hingga 20, dan dasarian III tanggal 21 hingga akhir bulan.

Diperkirakan daerah yang awalnya alami musim hujan di Jawa Timur antara lain di Lumajang, Banyuwangi, sekitar Malang, Pacitan dan Trenggalek.

Adapun selama musim penghujan ini diimbau ada puting beliung, hujan deras disertai kilat, hujan deras disertai angin kencang sesaat, dan tanah longsor.

 

Imbauan Musim Kemarau pada Oktober

(Foto: Instagram @Surabaya)
Pohon Tabebuya di Surabaya, Jawa Timur (Foto:Instagram @Surabaya)

Sedangkan selama Oktober ini, Teguh mengingatkan masih terjadi musim kemarau. Pihaknya mengimbau untuk memperbaharui info cuaca di instansi terkait termasuk BMKG, menjaga kondisi tubuh terkait berlangsungnya musim kemarau hingga Oktober, dan merupakan fase akhir kemarau.

"Ini karena perbedaan suhu yang masih sangat terasa di malam dan siang hari dapat ganggu kesehatan," ujar dia.

Selain itu, mewaspadai jalan berdebu dan gangguan potensi angin kencang di siang, sore dan malam hari pada saat berkendara terutama di jalur tol dan jembatan. Pada wilayah perairan diwaspadai peningkatan ketinggian gelombang.

"Karena masih kemarau wilayah-wilayah masih terasa kering waspadai potensi kebakaran hutan dan lahan terutama jika melakukan pembakaran sampah, pembukaan lahan dan tanpa pengawasan," tutur dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya