Respons Wali Kota Surabaya Risma soal Cuitan Cak Imin

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) angkat bicara mengenai cuitan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin soal Surabaya.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 19 Feb 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2020, 15:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) hadiri pertunjukan kesenian bertajuk “Sawunggaling Anak Dunia”. (Foto:Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) merespons cuitan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin yang menyebut Surabaya, Jawa Timur tak mengalami kemajuan signifikan.

Muhaimin melalui akun Twitter resminya @cakiminNOW, menyindir Kota Surabaya yang menurut dia stagnan. 

"Surabaya, kota sejarah dan legenda. Tapi kok tidak ada kemajuan yang signifikan, ya?" tulis Cak Imin, 15 Februari 2020.

Sementara itu, saat ditanya wartawan mengenai cuitan Cak Imin tersebut, Risma hanya menanggapi dengan nada santai. "Aku ndak tau, aku enggak punya medsos," tutur Wali Kota Risma di Balai Pemuda Surabaya, Selasa 18 Februari 2020.

Risma menyampaikan, selama ini dirinya hanya diberitahu oleh stafnya jika ada informasi penting terkait Surabaya. "Kalau enggak ada yang ngasih tahu ya aku enggak tahu," ujar Wali Kota Risma.

Bila melihat data Badan Pusat Stastitik (BPS) Kota Surabaya, tingkat pertumbuhan ekonomi Surabaya bervariasi. Pada 2010, ekonomi kota Surabaya tercatat tumbuh 7,01 persen. Kemudian meningkat menjadi 7,13 persen pada 2011.

Tren kenaikan berlanjut pada 2012 dan 2013, masing-masing ekonomi Surabaya tumbuh menjadi 7,35 persen dan 7,68 persen. Sedangkan 2014, ekonomi kota Surabaya merosot menjadi 6,73 persen.

Pada 2015, pertumbuhan ekonomi Surabaya turun menjadi 5,97 persen. Lalu kembali naik menjadi 6,07 persen pada 2016. Pertumbuhan ekonomi Surabaya tercatat menjadi 6,13 persen pada 2017. Ekonomi Surabaya kembali tumbuh menjadi 6,2 persen pada 2018.

Ekonomi Surabaya pada 2018 masih didominasi oleh tiga lapangan usaha antara lain perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 27,94 persen, industri pengolahan sebesar 18,58 persen dan kategori penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 16,30 persen.

Sementara itu, produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Surabaya tahun 2018 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 554,59 triliun. Angka ini meningkat dari 2017 sebesar Rp 495,03 triliun.Kemudian PDRB atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 387,33 triliun pada 2018. Angka tersebut naik dari PDRB atas dasar harga konstan 2010 sebesar Rp 364,71 triliun pada 2017.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), salah satu indikator penting untuk ketahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu baik atas dasar harga berlaku dan dasar harga konstan.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB per kapita untuk melihat indikator kemakmuran penduduk.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Indeks Pembangunan Indonesia di Jatim Tumbuh, Surabaya Masuk Kategori Tertinggi

(Foto: Dok Humas Pemkot Surabaya)
Tugu Pahlawan Merah Putih di Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Dok Humas Pemkot Surabaya)

Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat kenaikan indeks pembangunan manusia (IPM) di Jawa Timur pada 2019. Tercatat, IPM Jawa Timur tumbuh 1,03 persen menjadi 71,50 pada 2019 dari 2018 sebesar 70,77.

Dari kabupaten/kota di Jawa Timur, Surabaya mencatatkan IPM tertinggi dengan capaian 82,22. Sedangkan IPM terendah di Jawa Timur tercatat di Sampang dengan IPM 61,94.

Kota Surabaya, Malang, Madiun dan Kabupaten Sidoarjo tercatat mempunyai IPM berkategori sangat tinggi. Sedangkan lainnya sebanyak 20 kabupaten/kota berkategori tinggi, dan 14 kabupaten/kota berkategori sedang.

Mengutip laman BPS Jawa Timur, Senin (17/2/2020), pembangunan manusia di Jawa Timur mengalami kemajuan secara berlanjut pada 2013-2019. Dari 67,55 pada 2013 menjadi 71,50 pada 2019. Selama periode itu, IPM Jawa Timur tumbuh 5,85 persen. Rata-rata pertumbuhan selama 2013-2019 sebesar 0,99 persen per tahun.

BPS menilai ini menunjukkan upaya pemerintah Jawa Timur untuk meningkatkan pembangunan manusia cukup berhasil. Keberhasilan ini ditunjukkan perubahan kategori untuk beberapa wilayah. Kabupaten Sidoarjo yang semula pembangunan manusianya berkategori tinggi pada 2019 naik kelas menjadi sangat tinggi.

Selain itu, Kabupaten Blitar, Ponorogo, Ngawi, dan Kabupaten Malang juga naik kelas dari pembangunan manusia berkategori sedang menjadi tinggi. Pemerintah Jawa Timur terus berupaya meningkatkan kinerja pembangunan manusianya. Hal ini agar tidak terjadi ketimpangan pembangunan manusia antar wilayah di Jawa Timur. Wilayah yang mempunyai IPM tergolong sedang diupayakan untuk mencapai kategori tinggi.

Meningkatnya pembangunan manusia di Jawa Timur setiap tahun karena ada kenaikan masing-masing komponen pembentuknya antara lain umur harapan hidup (UHH), harapan lama sekolah (HLS), rata-rata lama sekolah (RLS) dan pengeluaran per kapita yang disesuaikan.

Untuk umur panjang dan hidup sehat, selama 2013-2019, Jawa Timur telah meningkatkan usia harapan hidup saat lahir dari 70,34 tahun pada 2013 menjadi 71,18 tahun pada 2019.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya