Jokowi Minta Menkes Terawan dan Doni Monardo Kirim Masker ke Surabaya Raya

Presiden Jokowi menuturkan, 70 persen warga tidak memakai masker merupakan angka besar. Oleh karena itu, ia meminta masker segera dikirim ke Jawa Timur.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 25 Jun 2020, 12:24 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2020, 12:24 WIB
Presiden Joko Widodo
Presiden Joko Widodo. (Sumber: Instagram/jokowi)

Liputan6.com, Surabaya - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto atau Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo untuk segera mendistribusikan masker dalam jumlah yang banyak ke Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, Gresik), dan Jawa Timur.

Hal tersebut disampaikan Jokowi setelah mendengar paparan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang menyampaikan tingkat kepatuhan masyarakat di Surabaya Raya masih sangat rendah.

Berdasarkan survei Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair), hanya 30 persen masyarakat yang mau memakai masker di tempat ibadah dan masih ada 70 persen yang tidak menggunakan masker. Kemudian mereka 84 persen tidak physical distancing atau jaga jarak.

"Tadi yang disampaikan gubernur, 70 persen tidak menggunakan masker. Itu angka yang besar. Tolong Pak Menkes atau BNPB segera kirim masker ke Surabaya atau Jatim," tutur Jokowi di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Kamis (25/6/2020).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Khofifah: Tingkat Kepatuhan Warga Surabaya Raya terhadap Protokol COVID-19 Masih Rendah

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menyatakan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat di Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo dan Gresik) masih rendah mengenai pencegahan penyebaran COVID-1. 

Hal tersebut disampaikan dihadapan Ketua Gugus Tugas Pusat, Doni Monardo, Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan, Mahfud MD dan Menteri Kesehatan, dr. Terawan Agus Putranto saat rapat koordinasi di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu, 24 Juni 2020.

Khofifah mengungkapkan, rendahnya tingkat kepatuhan di Surabaya Raya itu berdasarkan survei Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair). 

"Hanya 30 persen masyarakat yang mau memakai masker di tempat ibadah dan masih ada 70 persen yang tidak menggunakan masker. Kemudian mereka 84 persen tidak physical distancing," ujar Khofifah. 

Selain itu, lanjut Khofifah, di pasar tradisional maupun tempat tongkrongan tingkat kepatuhan masyarakat Surabaya Raya juga di bawah 20 persen. Masyarakat yang tidak memakai masker di pasar 84 persen, sedangkan di tempat tongkrongan 88 persen.

"Pasar tradisional 92,8 persen buka, 84 persen tidak menggunakan masker, 89 persen tidak physical distancing," ucapnya. 

"Lalu kita lihat bagaimana tempat cangkrukan, warung, saya lihat 88 persen mereka tidak menggunakan masker dan 89 persen mereka tidak physical distancing. Ini hasil dari IKA FKM Unair," ujar Khofifah. 

Khofifah menyayangkan, jika melihat hasil survei tersebut, karena Surabaya Raya sudah menggelar Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga tiga tahap. Ditambah lagi masa transisi selama dua pekan yang berakhir pada 22 Juni lalu. 

Namun, Khofifah juga mengaku, kebijakan-kebijakan yang sudah diterapkan di Surabaya Raya sebenarnya sudah menemui hasil. 

"Kami ingin menyampaikan bahwa PSBB di Surabaya Raya itu sudah sempat sukses kalau dari sisi RT (Rate of Transmission atau tingkat penularan) di bawah satu. Jadi pada tanggal 20 sampai tanggal 26 Mei sesungguhnya sudah tepat di bawah satu," ucap Khofifah.

 .

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya