Kemenperin Optimistis Industri Alas Kaki Sidoarjo Mampu Bersaing Global

Indonesia Footwear Network (IFN) atau jaringan industri alas kaki Indonesia akan didorong melengkapi dan mengumpulkan informasi industri yang selama ini ada di masing-masing komunitas.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 05 Agu 2020, 11:43 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2020, 11:42 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Industri alas kaki di Sidoarjo, Jawa Timur (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) Kementerian Perindustrian yang bertempat di kawasan Komplek Pasar Wisata, Desa Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur meluncurkan Indonesia Footwear Network (IFN) atau jaringan industri alas kaki Indonesia, Selasa 4 Agustus 2020.

"Keberadaan IFN ini dirasa mampu membangkitkan kembali geliat ekonomi, sekaligus merespons perubahan tatanan industri alas kaki di tengah pandemi COVID-19 ini," ujar Kepala BPIPI, Heru Budi Susanto, ditulis Rabu (5/8/2020).

IFN merupakan platform komunikasi baru bagi industri yang memberikan informasi relevan bagi potensial market domestik maupun global.

Nantinya, lanjut Heru, IFN akan didorong melengkapi dan mengumpulkan informasi industri yang selama ini ada di masing-masing komunitas.

"Kinerja nasional ekspor industri alas kaki pada 2020 ini naik 15 persen di triwulan pertama, jika dibandingkan tahun lalu. Apalagi, sebagai negara eksportir ke tiga terbesar dunia selama 2019 dan produksi terbesar ke empat dunia pada tahun yang sama," ujar dia

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Ekspor Didominasi Produk dan Merek Ternama

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Industri alas kaki di Sidoarjo, Jawa Timur (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Angka tersebut menunjukkan industri alas kaki masih mampu bergeliat di tengah pandemi COVID-19. Ekspor banyak didominasi oleh produk-produk dan merek ternama. Hanya saja secara global produksi alas kaki nasional turun pada masa pandemi COVID-19.

"Kurang lebih 70 persen. Hal itu disebabkan daya beli yang melemah dan keterbatasan bahan baku. Sehingga kesulitan mengelola cashflow yang berakibat pada merumahkan sebagian karyawan dan penutupan usaha," terangnya.

Kondisi seperti ini, lanjutnya bukanlah krisis pertama bagi industri. Krisis ekonomi pernah terjadi pada 1998. Namun, IKM yang justru menjadi penyelamat ekonomi indonesia.

"Bagaimanapun kondisi saat ini, harus kita hadapi bersama sehingga melahirkan peluang untuk terus bertahan dengan strategi yang dimiliki," ujar dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya