BPBD Sebut 9 Kabupaten/Kota di Jatim Berpotensi Tsunami

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur memetakan ada sembilan kabupaten/kota yang berpotensi tsunami di Jawa Timur.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Sep 2020, 17:45 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2020, 19:00 WIB
Menikmati Surga Tersembunyi di Kabupaten Trenggalek
Dua wanita bermain ayunan saat menikmati Pantai Mutiara di Trenggalek, Jawa Timur, Sabtu (7/9/2019). Pantai Mutiara salah satu tujuan wisata yang sedang dikembangkan kabupaten Trenggalek. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Riset dari tim Institut Teknologi Bandung (ITB) mengungkap potensi gempa besar yang bisa memicu tsunami di selatan Pulau Jawa. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur memetakan ada sembilan kabupaten/kota yang berpotensi tsunami di Jawa Timur (Jatim).

"Yang punya potensi tinggi Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, (Kabupaten, kota, red) Blitar, Malang, Lumajang, Jember dan Banyuwangi. 9 kabupaten kota dan 156 desa punya potensi tinggi bencana tsunami di Jawa Timur. Paling banyak di Kabupaten Banyuwangi ada 46 desa," kata Tenaga Ahli BPBD Jatim, Suban Wahyudiono saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, (25/9/2020).

Subhan mengatakan, pihaknya sudah sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai potensi bencana tsunami. Pada Juli 2019, tim BPBD provinsi, BPBD kabupaten kota, BNPB pusat, relawan telah melakukan mitigasi bencana atau upaya mengurangi dampak bencana.

"Ada 200 orang melakukan sosialisasi, edukasi kepada masyarakat mengenai ancaman bencana di daerahnya. Bahkan edukasi yang diberikan ke anak-anak lewat nyanyian, kalau ada gempa lindungi kepala, hindari kaca, dan lari di tempat terbuka, edukasi seperti itu,” tutur dia.

Upaya lain memitigasi bencana dengan memasang rambu-rambu di kawasan wisata di wilayah selatan Jawa Timur. Selain itu, membuat shelter dari alam dan buatan. Subhan mengatakan, atas perintah Sekda Provinsi segera direncanakan dan membuat shelter buatan.

"Harus ada shelter alam dan buatan di kawasan wisata wilayah selatan Jatim. Jadi saat tsunami, ada titik kumpul bisa berupa shelter alam dan buatan. Shelter ini tempat tinggi. Bencana tsunami itu ada rumus 20 detik terjadi gempa, 20 menit waktu lari, 20 meter kita harus capai ketinggian, harus cari lokasi misalkan tempat wisata yang ada bukitnya dibuatkan jalan dan trap-trap," kata dia.

Subhan menambahkan, saat ini pola pikir juga diubah untuk menghadapi bencana. Jika dulu responsif, sekarang menekankan preventif. Subhan menuturkan, penanganan bencana lebih menekankan preventif melihat dari hasil survei yang dilakukan kepada individu yang selamat dalam bencana.

"35 persen itu berdasarkan dari pengetahuan dan keterampilannya, 32 persen dari keluarga, 28 persen dari tetangga, dua persen dari regu penolong.  Sekarang ada perubahan mindset dulu responsif jadi preventif,” ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Bentuk Desa Tangguh

Pemprov Jawa Timur juga membentuk desa tangguh. Upaya ini untuk mencegah dan memetakan daerah rawan bencana. Subhan menuturkan, ada sekitar 656 desa tangguh di Jawa Timur. Dengan ada desa tangguh diharapkan bisa menghadapi terjadinya bencana. "Tiap tahun dilombakan, mulai dari administrasi hingga simulasi," kata dia.

Ia mencontohkan, ketika bencana alam longsor di Pacitan pada 2019. "Saat itu lihat desa di Pacitan, tetapi ada hujan deras, kemudian saya dibilang untuk berhenti dulu karena hujan lama dua jam, dan dibilang 10-15 menit lagi banjir. 10-15 menit kemudian banjir. Saya telepon BPBD dan daerah situ, dan memang sudah jadi desa tangguh di sana, jadi orang-orang sudah tahu, tahu bisa selamatkan diri sendiri, harta, keluarga dan minimal tetangga," kata dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya