Liputan6.com, Jakarta - Nama Kiai Amin diabadikan sebagai nama jalan kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Akan tetapi, tahukah Anda, siapa sosok Kiai Amin yang namanya diabadikan sebagai nama jalan di dalam Kota Lamongan?
Kiai Amin bernama lengkap KH Muhammad Amin Musthafa, merupakan seorang ulama pejuang penjaga kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Pendiri pondok pesantren Tunggul, Kabupaten Lamongan ini, terpanggil ke jalan jihad bersama saudaranya KH Ahmad Muhtadi Musthofa, dalam mengusir penjajah Belanda.
Advertisement
Baca Juga
"Beliau memiliki semangat heroik untuk mengusir penjajah Belanda selepas menjalani pendidikan di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang," tutur Sekretaris Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lamongan, Imam Ghazali, seperti dikutip dari Times Indonesia, ditulis Jumat, (23/10/2020).
Ghozali menceritakan, putra ketujuh dari KH Musthofa Kranji Kecamatan Paciran ini kebal senjata, sehingga untuk melumpuhkannya sangat sulit bahkan sering tidak terlihat oleh kasat mata.
"Keahlian dan keberanian Kiai Amin melawan penjajah Belanda menjadikannya diangkat sebagai pemimpin Hizbullah. Dan tugasnya mempertahankan Lamongan dari serangan Belanda, tepatnya Surabaya wilayah utara,” ujar dia.
Meski Kiai Amin tertangkap bersama enam orang anak buahnya dan ditembak mati tapi tekadnya dalam mengusir agresi penjajah Belanda cukup membuktikan keberanian dan dedikasinya kepada bangsa dan negara.
"Cucu dari Kiai Abdul Karim Tebuwung Gresik ini meninggal dunia pada tanggal 10 November 1945, ditembak oleh pasukan penjajah setelah mengumandangkan adzan,” tutur dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Dedikasi bagi Bangsa dan Negara
Sosok kiai muda yang dedikasinya bagi bangsa dan negara tidak dapat diragukan lagi yang berani mengusir penjajah Belanda itu, kata Ghazali, secara akademik juga memiliki kemampuan kematangan yang luar biasa.
"Beliau mampu menghafal Al-Qur’an dalam waktu sebulan. Tak hanya itu santri yang pernah belajar di Mekkah Arab Saudi itu juga menguasai beragam kitab kuning warisan pendahulunya," tuturnya.
Dari kematangan akademik yang melampaui banyak orang di masanya, Kiai Amin juga dipercaya oleh ayahnya KH Musthofa menjadi pengasuh Ponpes Kranji yang saat ini dikenal dengan nama Tarbiyatut Tholabah.
"Semasa hidupnya, Kiai Amin juga telah meninggalkan lembaga pesantren dan pendidikan di dalamnya yang terus berkembang yakni Ponpes Tunggul," ucap Ghozali.
Kemampuan akademik, keunggulan hingga semangat keberanian Kiai Amin dalam mengusir penjajah Belanda, sambung Ghozali, namanya masih tetap menggaung dan bergema sampai saat ini.
"Beberapa santri, banyak yang berusaha mencari ilmu yang dikuasai Kiai Amin sejak di pesantren baik ilmu agama maupun ilmu olah kanuragan,” ujar dia.
Simak berita menarik lainnya dari Times Indonesia di sini
Advertisement