Harga Kedelai Naik, Pengrajin Tempe di Surabaya Menjerit

Koordinator pengrajin tempe Wonocolo Surabaya, Noto (57) menjelaskan, sejak akhir tahun 2020, kenaikan harga kedelai terjadi hingga mempengaruhi harga jual tempe.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 04 Jan 2021, 05:00 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2021, 05:00 WIB
Noto, Pengrajin Tempe di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Dok Istimewa)
Noto, Pengrajin Tempe di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Dok Istimewa)

Liputan6.com, Surabaya - Sebuah warung kopi (Warkop) di kawasan Wonocolo Surabaya, Jawa Timur nampak berbeda dari biasanya. Lantaran, menu gorengan yang biasa disajikan ada yang kurang yaitu tempe dan tahu. 

Ali (38) pemilik warkop tersebut mengatakan, pengunjung di warkopnya memang sedikit berkurang karena tempe dan tahu goreng yang biasa mereka konsumsi sambil nyeruput kopi tidak ada. 

"Saya sengaja tidak menyediakan gorengan tempe dan tahu beberapa hari ini karena harganya yang naik luar biasa," ujar Ali, Minggu (3/1/2021). 

Ali mengaku, walaupun gorengan tempe dan tahu tidak ada tetapi dirinya tetap menyajikan menu yang lain seperti olahan ketela dan pisang goreng. 

"Ya mau bagaimana lagi mas, walaupun omzet sedikit berkurang karena tidak ada tempe dan tahu, tapi yang penting warkop ini tetap jalan. Tidak ada gorengan tempe dan tahu, ya diperbanyak pisang goreng saja," ucap Ali sambil meringis sedih. 

Sementara itu, Koordinator pengrajin tempe Wonocolo Surabaya, Noto (57) menjelaskan, sejak akhir tahun 2020, arga kedelai naik hingga mempengaruhi harga jual tempe. Bahkan dalam kurun waktu dua minggu, sudah tiga kali naik.

"Awalnya harga Rp 7.500 per kilo. Setelah itu naik jadi Rp 7.800. Tak lama kemudian naik lagi dan sekarang sudah di angka Rp 9.500 per kilo," ujar Noto.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Harapan kepada Pemerintah

Noto, Pengrajin Tempe di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Dok Istimewa)
Noto, Pengrajin Tempe di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Dok Istimewa)

Noto mengaku, kenaikan kedelai itu memberatkan pengrajin tempe dan tahu. Lantaran, belum juga menjual produksi tempe yang dibuatnya, harga kedelai sudah naik harga.

"Bayangkan. Hari ini kita belanja kedelai dengan harga Rp 7.500. Setelah produksi dan belum sempat menjual hasil produksi harga kedalai sudah naik lagi. Terus untuk kita dari mana," ucap dia.

Noto mengungkapkan, kalau tiba-tiba menaikkan harga jual tempe, pasti pembeli akan lari dan pelanggan banyak yang kabur. Oleh karena itu, Noto berharap pemerintah bisa mendengar jeritan pengrajin tempe tahu agar segera menurunkan harga kedelai.

"Kita mintanya harga kedelai kembali normal. Minta tolonglah pemerinta bantu pengusaha kecil ini," ujar dia. 

Noto menegaskan, sesuai dengan kesepakan Sahabat Pengrajin Tempe Pekalongan (SPTP) Indonesia, produksi tempe dan tahu dihentikan mulai 1 hingga 3 Januri 2021. Pada Senin 4 Januari 2020, tempe dan tahu sudah mulai beredar di pasaran.

"Besok kita mulai jualan. Tapi yang pasti kita akan naikkan harga mulai dari 20 sampai 30 persen. Karena memang sampai saat ini harga kedelai masih belum stabil," ujar dia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya