Viral Kasus Sesajen Semeru, Budayawan Surabaya Jabarkan Makna Filosofinya

Kukuh juga menjelaskan filosofi sajen yang didalamnya ada berbagai empon-empon (Bumbu Dapur) maknanya adalah isian dunia, dalam arti aneka kehidupan harus bisa selaras.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 11 Jan 2022, 20:36 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2022, 20:36 WIB
Sesajen Gunung Semeru
Video berisi seorang pria menendang sesajen di lokasi erupsi Gunung Semeru viral di media sosial. (Liputan6.com/ Istimewa)

Liputan6.com, Surabaya - Aksi menendang dan membuang sesajen yang dilakukan seorang pria di lereng Gunung Semeru viral jadi pembicaraan. Belum diketahui pasti siapa pelaku aksi tersebut. Polisi membentuk tim khusus untuk mencari pelaku.

Budayawan Surabaya yang juga seorang dalang Kukuh Setyo Budi member  makna filosofi yang terkandung di dalam sesajen di lereng Gunung Semeru.

"Sajen atau sesajen berasal dari kata saji-sajian yang disajikan. Tentu dari kata yang ada itu mempunyai makna yang dalam," ujarnya di Surabaya, Selasa (11/1/2022).

"Dari pertanyaan ini sangat luas penjabarannya karena nenek moyang bangsa Jawa menyampaikan doa kebanyakan dengan bahasa non verbal atau cukup diwakilkan dengan bentuk benda (Simbolis)," ucapnya.

Kukuh menerangkan, sajen merupakan asli produk budaya seperti keris, wayang, dan gamelan jangan dicampurkan dengan agama.

"Mengolah, seperti wayang gamelan bisa jadi sarana dakwah. Tuhan itu menciptakan manusia dengan akal dan pikiran. Jangan mengecilkan Tuhan dengan mempersempit pikiran dan akal," ujarnya.

Kukuh menyampaikan, dari aneka sesajian yang disajikan banyak filosofi. Contohnya, misalkan dalam sesaji itu ada beras, maka filosofisnya sebagai bentuk rasa sukur karena telah diberi pangan yang disimbulkan dengan dewi kemakmuran yaitu Dewi Sri.

"Ada juga kelapa itu melambangkan kegunaan. Mulai dari akar sampai ujung daun kelapa berguna semua. Jadi manusia harus berguna bagi siapapun adalah makna filosofisnya," ujarnya.

Kukuh menlanjutkan, pisang juga mempunyai makna lebih yakni pengabdian, pisang tidak akan mati jika belum berbuah. Pisang raja mengandung makna harapan supaya dalam hidup bisa sukses bak menjadi raja.

"Daun sirih atau Suruh mempunyai makna supaya weruh (Supaya Tahu) temu roso, supaya ketemu rasanya (harmoni)," ucapnya.

Kukuh juga menjelaskan filosofi sajen yang didalamnya ada berbagai empon-empon (Bumbu Dapur) maknanya adalah isian dunia, dalam arti aneka kehidupan harus bisa selaras.

"Itu semua diambil dari alam yang menggambarkan hubungan sangat erat dan tidak bisa dipisahkan antara manusia dan semesta," ujarnya.

Fasilitas Alam

Kukuh juga menjabarkan Tuhan memberikan fasilitas untuk kehidupan manusia melalui alam. Jadi sesaji yang disajikan bisa bermaksud berterima kasih, doa kepada Hyang Murbeng Jagad (Penguasa Jagad Raya) dengan simbol produk alam yang jelas itu semua sudah dititahkan Tuhan.

"Nah pertanyannya kapan kita berterimakasih pada bumi yang telah kita pijak dan memberi fasilitas. Kapan kita berterimakasih pada pohon-pohon yang telah memberi oksigen untuk napas kita," ucapnya.

"Selanjutnya, kapan kita berterimakasih pada air, api dan semua unsur alam ini. Ini bukan berarti kita menyembah, tapi lebih pada bentuk keselarasan," ujar Kukuh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya