Liputan6.com, Jakarta Demontrasi 11 April yang dilakukan sejumlah mahasiswa di Jakarta dan sejumlah daerah, tidak ditemukan di Surabaya. Jalanan di Kota Surabaya pun lancar karena tidak ada kerumunan massa yang bisa menghambat laju lalu lintas.
Hal tersebut diketahui setelah Liputan6.com mencoba memantau lokasi yang biasanya dijadikan titik kumpul para peserta aksi demonstrasi di Kota Pahlawan.
Biasanya aksi demonstrasi di Surabaya dilakukan pada siang hari, dan Liputan6 bergerak mulai di Jalan Achmad Yani, Wonokromo atau depan Kebun Binatang Surabaya (KBS), Jalan Diponegoro, hingga ke Jalan Gubernur Soeryo atau depan Gedung Negara Grahadi.
Advertisement
Setelah Liputan6.com mencoba menelusuri jejak peserta aksi demonstrasi hingga sore ini, hasilnya tidak ditemukan demonstrasi mahasiswa hari ini di Kota Surabaya.
Korlap Aksi Aliansi BEM Surabaya S. Andre Prasetyo Utomo mengungkapkan, sejumlah mahasiswa dari berbagai universitas di Surabaya bakal menggelar aksi pada 14 April mendatang.
"Tanggal tersebut sudah merupakan keputusan bersama hasil konsolidasi mahasiswa se-Surabaya pada Minggu 10 April kemarin," ujarnya, Senin (11/4/2022).
Ia menyebut, dalam aliansi ini tergabung hampir seluruh BEM universitas yang ada di Surabaya. Sebagian besar mereka, sepakat akan turun ke jalan pada 14 April mendatang.
"Kawan-kawan Aliansi dan mahasiswa se-Surabaya bersepakat untuk turun lapangan pada tanggal 14 April 2022 dengan tujuan Aksi DPRD Jatim," kata Tomo.
Ada sejumlah tuntutan yang bakal disuarakan Aliansi BEM Surabaya pada aksj tersebut. Yang pertama mereka mendesak DPR RI dan pemerintah segera mengesahkan Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (RUU TPKS).
Berikutnya Aliansi BEM Surabaya mendesak agar pemerintah mewujudkan reforma agraria dengan sebenar-benarnya, untuk keadilan sosial bagi masyarakat.
Selanjutnya, mahasiswa mendesak pemerintah mengevaluasi kenaikan harga BBM Pertamax, disusul kelangkaan BBM jenis Pertalite dan Solar.
"Ada kelangkaan Pertalite yang notabenenya sekarang bahan bakar pokok utama, karena murah tapi langka, terus Solar juga seperti itu," ujar Tomo.
Tolak PPN 11 Persen
Tomo yang merupakan Mahasiswa UPN Veteran Jatim ini mengatakan, pihaknya juga memprotes ketidakmampuan pemerintah mengontrol harga sejumlah bahan pokok. Salah satunya ialah minyak goreng. Selanjutnya mereka juga menolak kenaikan PPN 11 persen yang memberatkan ekonomi rakyat.
"Kami meminta pemerintah untuk mengambil peran menstabilkan harga minyak goreng, dan meminta pemerintah untuk mengusut tuntas mafia minyak goreng," ucapnya.
Sementara itu, penolakan perpanjangan masa jabatan presiden dan penundaan pemilu, kata Tomo, sudah bukan lagi menjadi tuntutan utama mahasiswa. Sebab Presiden Joko Widodo, menurut mereka, sudah dengan tegas menolak rencana itu.
Bagi Mahasiswa Surabaya, saat ini, kondisi perekonomian masyarakat jauh lebih memiliki urgensi untuk disuarakan pada aksi besok.
"Karena kondisinya sudah jelas dan sudah ada statment dari Pak Jokowi terkait dengan penundaan pemilu tidak akan terjadi, dan soal penundaan beliau juga menolak," ujar Tomo.
Advertisement