Gelaran Budaya Barong Ider Bumi di Banyuwangi Berlangsung Meriah

Ratusan warga antusias mengarak Barong berumur ratusan tahun ini sebagai sarana tolak balak bersih desa. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, pun mengapresiasi pelestarian tradisi dan budaya masyarakat.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 05 Mei 2022, 06:03 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2022, 22:00 WIB
Ritual adat Barong Ider Bumi yang dilaksanakan setiap tahunya di Desa Kemiren Banuwangi. (Istimewa)
Ritual adat Barong Ider Bumi yang dilaksanakan setiap tahunya di Desa Kemiren Banuwangi. (Istimewa)

Liputan6.com, Banyuwangi - Ritual adat Barong Ider Bumi di Banyuwangi berlangsung meriah. Ratusan warga antusias mengarak Barong berumur ratusan tahun ini sebagai sarana tolak balak bersih desa. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, pun mengapresiasi pelestarian tradisi dan budaya masyarakat.

Direktur Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa & Masyarakat Adat pada Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Samsul Hadi mengapresiasi inisiatif masyarakat adat Osing di Desa Kemiren yang telah menjaga dan melestarikan nilai-nilai kearifan lokal.

"Ke depan, kiranya ini tetap dilestarikan oleh generasi muda, sehingga budaya dan adat istiadat Osing Banyuwangi tetap lestari. Ini bukan sekedar atraksi wisata, lebih dari itu tradisi ini merupakan upaya keberlanjutan hidup melalui jalan kebudayaan,” kata Samsul di Banyuwangi, Selasa (3/5/2022).

Pemkab Banyuwangi, kata dia, diakui telah berhasil melakukan pelestarian melalui beberapa fasilitasi kegiatan adat dan tradisi. Selain itu, promosi kegiatan ini juga berdampak secara ekonomi kepada masyarakat sekitar.

"Ini bakal menjadi model percontohan praktek baik dimana pemkab telah berhasil melakukan pelestarian budaya dan juga upaya peningkatan ekonomi bagi masyarakat," jelasnya.

Tradisi ini diawali dengan ritual berziarah alias nyekar ke petilasan (makam) Buyut Cili. Warga setempat meyakini, Buyut Cili merupakan lelulur  Desa Kemiren. Sepanjang  jalan Desa Kemiren, Kecamatan Glagah Banyuwangi penuh dengan masyarakat yang mengawal arak-arakan Barong khas Banyuwangi Ini.

Ratusan hingga ribuan orang menyaksikan langsung tradisi yang digeber setiap dua Syawal atau hari kedua Idul Fitri tersebut. Bahkan bukan hanya warga Kemiren dan sekitarnya, tidak sedikit wisatawan asal luar daerah yang sengaja datang untuk menyaksikan dari dekat acara tersebut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. 

Tahun ini Lebih Meriah

Meriahnya ritual adat Barong Ider Bumi di Deda Kemiren setiap lebaran. (Istimewa)
Meriahnya ritual adat Barong Ider Bumi di Deda Kemiren setiap lebaran. (Istimewa)

Tradisi yang sudah ada sejak puluhan tahun ini lebih meriah dibandingkan perhelatan 2 tahun terakhir. Karena, selama pandemi Covid-19, ritual dilakukan dengan sederhana. Berbeda pada tahun ini, kegiatan ritual bersih desa ini diikuti oleh ratusan warga yang antusias menyambut tradisi ini.

"Masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan ini bahagia, bisa turut serta dalam selamatan bersih desa. Kalau dua tahun lalu tidak seperti ini karena masih prihatin dengan kondisi pandemi, kasus covid masih tinggi. Kita hanya menggelar pokok tradisinya saja," ujar M. Arifin, Kepala Desa Kemiren.

Dalam ritual Barong Ider Bumi, barong diarak keliling desa. Arak-arakannya diiringi nyanyian macapat (tembang Jawa) yang berisi doa dan pemujaan terhadap Tuhan. "Barong Ider Bumi adalah arak-arakan barong memutari desa," ujar Suhaimi, Ketua Adat Kemiren.

Sebelum Barong diarak keliling desa, para sesepuh memainkan angklung di balai desa. Setelah itu, orang-orang mulai berbaris mengarak barong. Mereka diberi amanat melakukan Sembur Utik-utik, yakni menebar uang logam, beras kuning, dan bunga. Ini adalah simbol tolak bala.

"Ritual ini untuk tolak balak. Makanya ada sembur utik-utik yang merupakan implementasi mengusir setan dan penyakit di Desa kami," kata Suhaimi. 

Di Akhiri Ritual Makan Pecel Petek

Pada pelaksanaan tahun ini, ratusan hingga ribuan orang menyaksikan langsung tradisi yang digeber setiap dua syawal atau hari kedua Idul Fitri tersebut. Tidak hanya menyedot warga setempat, tidak sedikit warga asal luar Kecamatan Glagah maupun wisatawan asal luar daerah yang sengaja datang menyaksikan dari dekat tradisi ini.

“Menyenangkan, bisa menikmati atraksi budaya sambil pulang kampung,” ujar Santi, asal Surabaya. 

Kelar arak-arakan, warga dan wisatawan makan bersama dengan hidangan pecel pitik khas Banyuwangi. Semua masyarakat kumpul menjadi satu, mulai dari masyarakat biasa, wisatawan domestik, mancanegara, sampai pejabat, ikut makan bersama.

 

Infografis Jadwal Ganjil Genap dan One Way Arus Balik Lebaran 2022
Infografis Jadwal Ganjil Genap dan One Way Arus Balik Lebaran 2022
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya