Liputan6.com, Surabaya - Direktur Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, Kohar Hari Santoso membenarkan adanya penambahan satu korban meninggal dunia akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang.
"Iya, kondisinya tidak stabil (sebelum meninggal)," ujarnya di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa (11/10/2022).
Kohar menyebut, ketika kejadian tersebut, pasien perempuan itu mengalami cedera pinggang sehingga terjadi perdarahan dan syok yang cukup serius. Pihaknya mengaku sudah melakukan penanganan maksimal.
Advertisement
"Sudah diupayakan penanganan untuk mengatasi termasuk dengan tindakan operasi. Namun efek syok masih berkepanjangan dan menyebabkan kematian," ucapnya.
Dengan meninggal dunianya seorang pasien ini menambah daftar korban tragedi Kanjuruhan. Sebelumnya tercatat sebanyak 131 orang meninggal dunia. Sekarang ini menjadi 132 orang.
Terpisah, Ketua Panitia Penyelenggara (Panpel) Arema FC, Abdul Haris mendesak aparat kepolisian melakukan autopsi terhadap ratusan orang yang meninggal saat tragedi Kanjuruhan, Kabupaten Malang. "Ya itu untuk usut tuntas semua, biar clear semua harus diketahui penyebabnya," ucapnya di Mapolda Jatim.
Autopsi, lanjut dia, harus dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian korban. Selain juga untuk mengetahui sakit yang diderita korban selamat.Â
"Karena untuk para korban masih menderita sakit. Ada yang matanya masih sakit ada yang masih sesak," ujarnya.
Usut Tuntas
Dia menyatakan saat kejadian ada gas air mata yang ditembakkan. Gas air mata tersebut jumlahnya bermacam-macam.Â
"Gas air mata itu kan jumlahnya bermacam-macam, itu bisa dideteksi dan ditemukan di lapangan. Kita ingin tahu dan diusut tuntas," ucapnya.
Haris menegaskan proses hukum yang dia jalani saat ini sebagai tanggung jawabnya di Arema.Â
"Semoga semua segera dilancarkan, diusut sampai tuntas siapa yang melakukan karena ini tragedi kemanusiaan. Saya mohon kepada semuanya kepada pihak terkait agar segera diusut tuntas," ujarnya.Â
Advertisement