Liputan6.com, Malang - Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) menurunkan delapan orang untuk autopsi dan ekshumasi terhadap jenasah dua korban tragedi Kanjuruhan pada Sabtu, (5/11/2022).
Ketua PDFI Jatim Nabil Bahasuan mengatakan, pihaknya mendapat permintaan dari penyidik berupa surat visum et repertum untuk penggalian jenazah korban tragedi Kanjuruhan.
"Kami membentuk tim independen yang terdiri dari dua penasehat dan enam operator melibatkan beberapa institusi," kata Nabil di TPU Pathuk, Wajak, Malang.
Advertisement
Institusi yang terlibat yakni dari institusi pendidikan maupun rumah sakit. Yakni Fakultas Kedokteran (FK) Univ Hang Tuah Surabaya, FK Unair Surabaya, FK UMM, RSUD Kanjuruhan Malang, RSUD dr. Sutomo Surabaya, RSUD dr. Sarifah Bangkalan, RS Pendidikan Unair.
"Kami memohon doa agar tim kami bisa menyelesaikan tugas dengan baik," ujar Nabil.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Dirmanto, mengatakan koordinasi terkait autopsi telah dilaksanakan beberapa hari lalu. Diharapkan semua berjalan aman dan lancar.
'Kami membantu menyiapkan sarana yang diperlukan oleh tim PDFI Jatim. Kami juga bantu pengamanan di sini," katanya.
Tangis Orangtua
Autopsi dan ekshumasi jenazah dua korban tragedi Kanjuruhan dimulai pada Sabtu, (5/11/2022) pagi di TPU Dusun Pathuk, Desa Sukolilo, Wajak, Kabupaten Malang.
Dua korban tragedi Kanjuruhan itu adalah Natasya Deby Ramdhani (16) dan Naila Deby Anggraeni (13). Autopsi dan ekshumasi mulai dilakukan tepat ketika ayah dari kedua korban yakni Devi Athok tiba di lokasi sekitar pukul 09.10.
Tangis Devi Athok tak tertahankan begitu keluar dari makam yang ditutup oleh tabir biru. "Anakku," ucapnya lirih bercampur isak tangisnya. Sanak famili maupun Aremania yang hadir mengawasi proses autopsi itu bersama berusaha menenangkan.
Mereka juga bersama-sama memberi semangat kepada Devi. Meski begitu, Devi harus dibopong oleh sejumlah orang untuk menjauh dari lokasi. "Kamu tidak berjuang sendirian mas Devi," kata salah seorang di antara Aremania yang hadir di lokasi.
Advertisement