Liputan6.com, Banyuwangi - Komisi IV DPRD Banyuwangi menyoroti tingginya angka putus sekolah di Banyuwangi. Catatan dewan ada 4.834 siswa di Banyuwangi yang harus berhenti sekolah pada 2022.
Sekretaris Komisi IV DPRD Banyuwangi Khusnan Abadi mengatakan, kasus putus sekolah tertinggi berada di Kecamatan Muncar, mencapai 459 siswa.
Disusul Kecamatan Genteng mencapai 408 siswa, Kecamatan Wongsorejo 372 siswa dan Kecamatan Kalibaru 263 siswa.
Advertisement
"Lainnya di bawah itu," ujar Khusnan, Rabu (29/3/2023).
Dia heran dengan persolan ini. Sebab Dinas Pendidikan sudah menjalankan banyak program-program. Sebut saja program SAS (Siswa Asuh Sebaya). Dirintis sejak zaman Abdullah Azwar Anas, di era ini program SAS kini telah dikembangkan menjadi 5 sub. Kemudian ada Garda Ampuh (Gerakan Daerah Angkat Anak Muda Putus Sekolah).
"Anehnya upayanya sudah seperti itu bahkan sampai mendapat penghargaan, tetapi fakta di lapangan angka putus sekolah masih sangat tinggi," kata Khusnan.
Khusnan pun tak habis pikir dengan kondisi tersebut. Dia sudah bertanya langsung ke Dinas Pendidikan Banyuwangi, tetapi jawaban yang disampaikan hanya ala kadarnya.
"Kepala Dinas tidak bisa menjawab detail," bebernya.
Keterangan dari dinas, lanjut Khusnan, perkara ini masih akan dikoordinasikan dengan stakeholder lainnya. Mengingat angka putus sekolah tidak hanya di sekolah negeri. Di sekolah swasta kasus serupa pun banyak ditemui.
"Katanya mau dikoordinasikan dengan lintas instansi. Proporsi kasus antara negeri dan swasta sama banyaknya," ujarnya.
Angka Putus Sekolah Harus Turun
Khusnan mendesak eksekutif untuk lebih serius dalam mendorong laju sektor pendidikan. Apa yang terjadi saat ini, perlu menjadi evaluasi besar-besaran oleh eksekutif.
"Angka itu harus turun dengan anggaran yang sudah disepakati, dengan banyaknya penghargaan yang diraih harusnya sejalan dengan kenyataan di lapangan," tandasnya.
Advertisement