Vaksinasi Polio Belum Merata, Pakar Unair Sebut Perlu Pendekatan Budaya dan Libatkan Tokoh Masyarakat

Pakar Komunikasi Kesehatan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Liestianingsih Dwi Dayanti menyoroti rendah tingkat vaksinasi polio di Tanah Air.

oleh Tim Regional diperbarui 24 Jan 2024, 23:59 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2024, 23:59 WIB
Imunisasi polio untuk anak di Surabaya. (Istimewa)
Imunisasi polio untuk anak di Surabaya. (Istimewa)

 

Liputan6.com, Surabaya - Pakar Komunikasi Kesehatan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Liestianingsih Dwi Dayanti menyoroti rendah tingkat vaksinasi polio di Tanah Air. 

Menurutnya, pencegahan polio melalui sosialisasi vaksin secara masif sangatlah penting. Terlebih, penyakit polio sangat berbahaya karena menyebabkan kelumpuhan otot yang tidak ada obatnya.

“Pencegahan Polio melalui vaksinasi menjadi sangat penting,” ucapnya, di Surabaya, Rabu (24//1/2024).

Dosen yang akrab disapa Lies itu menilai, upaya pemerintah dalam melakukan sosialisasi vaksin polio sudah cukup baik dan tepat. Berkali-kali pemerintah mengimbau masyarakat untuk mencegah penularan virus polio secara rutin.

Kendati demikian, tidak semua masyarakat memahami pentingnya mencegah virus polio dengan baik. Tidak sedikit dari mereka yang menolak pemberian vaksin polio dengan bermacam alasan.

"Ada beberapa kelompok justru menolak semua vaksinasi termasuk vaksinasi polio karena bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka yakini. Inilah tantangan dalam sosialisasi vaksinasi yang menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi pemerintah,” ujar Lies. 

Menurutnya, pencegahan polio tidak cukup dengan sosialisasi kesehatan saja. Tapi perlu adanya pendekatan lain yakni pendekatan budaya yang lebih dekat dengan masyarakat.

“Dengan pendekatan ini kita bisa melibatkan tokoh-tokoh masyarakat seperti tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain,” sambungnya. 

Pendekatan kesehatan maupun budaya perlu menyasar seluruh wilayah Indonesia, termasuk wilayah 3T (Terluar, Terdepan, Tertinggal). Pasalnya, hingga saat ini sosialisasi vaksin polio masih belum merata di seluruh Indonesia.

"Contohnya pendekatan di sekolah-sekolah. Atau bisa juga petugas vaksinasi langsung menyebar ke masyarakat layaknya vaksinasi COVID-19. Dengan demikian, sosialisasi vaksinasi polio dapat menjangkau seluruh elemen masyarakat,” terang Lies.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pentingnya Vaksinasi Polio

Capaian Imunisasi Polio di Kota Malang Lampaui Target
Kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio Putaran I di Kota Malang yang berlangsung selama 15-21 Januari 2024 

Dia berharap agar seluruh lapisan masyarakat ikut serta menyuarakan urgensi vaksin polio. Perguruan tinggi, kata Lies, bisa menjadi salah satu fasilitator untuk mendukung pencegahan polio dengan berbagai pendekatan.

“Misalnya mensosialisasikan urgensi vaksinasi polio atau menyadarkan masyarakat tentang bahaya penyakit polio,” pungkas Lies. 

Sebelumnya, Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan melaporkan terjadi penemuan tiga kasus polio di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga menjadikan Indonesia masuk ke dalam status Kejadian Luar Biasa (KLB) polio. Salah satu penyebab meningkatnya polio tersebut adalah rendahnya tingkat vaksinasi. 

 

Infografis Journal
Fakta Olahraga Dapat Membantu Gangguan Kesehatan Mental (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya