Menunggu 13 Tahun, Abdurrohman Tunanetra Asal Pasuruan Akhirnya Berangkat Haji

Abdurrohman tidak menyangka dirinya bisa berangkat haji dalam kondisi tunanetra. Kondisi mata Abdurrahman sebelumnya normal, ia tak bisa melihat setelah menderita glaukoma.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 20 Mei 2024, 18:03 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2024, 18:03 WIB
Abdurrohman (67) menunggu selama 13 tahun untuk bisa berangkat haji ke Tanah Suci Mekah. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)
Abdurrohman (67) menunggu selama 13 tahun untuk bisa berangkat haji ke Tanah Suci Mekah. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Surabaya -D Seorang penyandang tunanetra asal Desa Mulyorejo, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan, Jatim, Abdurrohman (67) menunggu selama 13 tahun untuk bisa berangkat haji ke Tanah Suci Mekah.

Dia bersama sang istri menjadi jemaah calon haji yang tergabung dalam kloter 31 Embarkasi Surabaya. Dia juga mengaku sangat bahagia karena akhirnya bisa berangkat haji.

"Alhamdulilllah tahun ini saya dan istri bisa menunaikan kewajiban rukun Islam ke-5, berhaji ke Tanah Suci," ujar Abdurrohman, Senin (20/5/2024).

Abdurrohman tidak menyangka dirinya bisa berangkat haji dalam kondisi tunanetra. Kondisi mata Abdurrahman sebelumnya normal, ia tak bisa melihat setelah menderita glaukoma.

Glaukoma adalah kondisi medis berupa gangguan penglihatan yang disebabkan oleh kerusakan saraf mata.

"Pertama kali daftar haji dulu tahun 2011, penglihatan saya masih normal, namun sekitar delapan tahun lalu saya tidak bisa melihat karena sakit glaukoma," ucap Abdurrohman.

Meskipun dalam kondisi tak bisa melihat, Abdurrohman tetap semangat dalam mempersiapkan kondisi fisiknya jelang berangkat haji.

"Setiap pagi saya jalan kaki tanpa menggunakan alas di depan rumah," katanya.

Dia juga yakin semua yang terjadi dalam hidupnya atas kehendak Allah SWT.

"Dalam kondisi tidak bisa melihat, Allah masih memberikan saya kemampuan untuk datang ke Madinah dan Mekkah. Ini merupakan suatu hal yang luar biasa bagi saya," ujarnya.

Bapak empat anak ini menjelaskan jika dia bisa mendaftar haji dari hasil tabungan berjualan kacang oven. "Kebetulan di rumah saya membuat cemilan kacang oven. Waktu masih sehat dulu, saya jual keliling pakai sepeda motor dan dititipkan ke toko-toko," kenangnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Selalu Bangun Tengah Malam untuk Shalat

Jemaah haji Indonesia di Masjid Nabawi, Madinah usai melaksanakan sholat subuh. Foto: Darmawan/MCH
Jemaah haji Indonesia di Masjid Nabawi, Madinah usai melaksanakan sholat subuh. Foto: Darmawan/MCH

Dari penghasilannya itu, dia sisihkan sedikit demi sedikit untuk bisa mendaftar haji. Setelah dia tidak bisa melihat, Abdurrohman tidak bisa lagi berjualan keliling.

"Tapi usaha itu dilanjutkan oleh anak saya," ujarnya.

Selain usaha dhohir, Abdurrohman mengaku juga tekun dalam usaha batin. Ia istiqomah bangun malam, untuk bermunajat kepada Allah.

"Anehnya kalau saya setiap bangun untuk salat malam, kadang saya bisa melihat air, gayung, ketika saya berwudu,” kata kakek 12 cucu ini.

Dari situ, dia berharap diberi kesembuhan untuk sakit glaukomanya. Ketika di Mekah nanti, Abdurrohman akan berdoa untuk kesehatan dan keselamatan keluarganya. "Saya sekarang kalau jalan harus dituntun. Alhamdulillah berangkat haji ini ada istri yang menemani," ujarnya.

Infografis Perbedaan Rukun dan Wajib Haji dengan Rukun Umrah. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Perbedaan Rukun dan Wajib Haji dengan Rukun Umrah. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya