Liputan6.com, Surabaya - Seorang hajjah (haji perempuan) asal Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dilaporkan meninggal dunia di Jeddah, Arab Saudi, sesaat menjelang kepulangan ke Tanah Air.
Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Ponorogo, Nurul Huda, Rabu (26/6/2024), mengonfirmasi haji kedua asal Ponorogo yang meninggal di Arab Saudi itu atas nama Istingah Marsim Singkar (73).
Baca Juga
Warga Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Kauman, Kecamatan Ponorogo, tersebut meninggal dunia setelah menjalani perawatan di RSU An Noor kota Jeddah.
Advertisement
"Almarhumah meninggal saat menjalani persiapan untuk pulang ke Tanah Air pada Rabu (26/6) petang," katanya.
Almarhum Istingah tergabung dalam Kelompok Terbang (Kloter) 19.
Nurul Huda mengatakan, almarhum sebelumnya sempat mengalami sesak nafas serta kondisi gula darah yang naik tiba-tiba saat persiapan pulang ke Tanah Air.
"Sudah sempat mendapatkan perawatan di pemondokan, lalu di bawa ke RS karena kondisinya drop, tapi Allah SWT berkehendak lain, Almarhum dinyatakan meninggal dunia," kata Huda.
Ia menambahkan, almarhumah berangkat haji ditemani oleh anaknya.
Setelah dinyatakan meninggal dunia, pihak keluarga langsung memberikan kabar kepada sanak keluarga yang berada di tanah air.
Selanjutnya, jenazah almarhumah akan dimakamkan di tanah suci.
"Untuk sang anak, tetap melanjutkan kepulangan ke tanah air, sedangkan pengurusan jenazah diserahkan petugas yang berada di sana," katanya.
83 Persen Jamaah Haji Meninggal di Tanah Suci Gunakan Visa Tidak Resmi
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah Nasrullah Jasam menyatakan, dari 1.301 jemaah haji yang wafat saat musim haji, 83 persennya adalah jemaah haji tidak resmi atau menggunakan visa non haji.
"Kementerian Kesehatan telah merilis bahwa ada 1.301 jemaah yang wafat pada musim haji 1445 H/2024 M. Dari jumlah itu, sekitar 83% di antaranya adalah jemaah haji tidak resmi atau menggunakan visa non haji,” sambungnya.
Menurut Nasrullah, suhu udara di Makkah, termasuk juga di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) pada periode menjelang dan sesudah puncak haji, sangat ektrem panasnya. Suhunya mencapai lebih dari 50 derajat celsius.
“Jemaah dengan visa non haji banyak yang harus berjalan jauh di bawah terik matahari, tanpa tempat berlindung atau tenda untuk beristirahat. Berdasarkan informasi yang dirilis Kementerian Kesehatan Saudi, di antara mereka ada juga sejumlah orang lanjut usia dan penderita penyakit kronis,” papar Nasrullah, Rabu (26//6/2024).
Advertisement