Liputan6.com, Pasuruan - Sebuah delta diapit dua aliran sungai, Sungai Welang dan Sungai Welang Lama di Daerah Pancor Emas, Desa Sukorejo, Kecamatan Pohjentrek, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur terbengkalai selama puluhan tahun.
Area delta yang luasnya 25 hektare lebih itu, dulunya merupakan area permukiman, namun karena sering terendam banjir ketika musim hujan, maka wilayah yang subur itu terbengkalai.
Baca Juga
Area yang selalu tergenang air banjir kiriman dari pegungungan Arujo Welirang ini, dapat dipastikan kesuburannya. Lagi pula, area ini belum pernah diolah menjadi pertanian.
Advertisement
Melihat pontesi kesuburan tanah delta itu, Ketua Kelompok Tani (Poktan) Pancor Emas, Imam Suhrowardi punya inisiatif untuk menggarap lahan mangkrak tersebut menjadi ladang cuan.
“Warga di sini menyebut lahan delta ini Pancor Emas, kami meiliihat potensi sangat besar di atas lahan yang sangat subur ini,” kata Imam saat ditemui Liputan6 di Pasuruan, Kamis (12/9/2024).
Imam mengaku perlu langkah ekstra untuk mengajak masyarakat di desanya untuk mengelola lahan tersebut. Pasalnya, masyarakat tidak banyak yang mulai meninggalkan pertanian.
“Anak muda di sini banyak yang sudah lari dari pertanian. Apalagi profesi petani dilihat sebelah mata, karena kurang menguntungkan,” ungkap Gus Iim, sapaan akrab pengasuh PP Ribath Salikin ini.
Seperti botol ketemu tutup. Masyarakat warga Desa Sukorejo tadinya menyandarkan hidupnya sebagai pekerja di kerajinan meubel yang pada masanya sangat ramai. Kembali ke ladang, terlihat tidak lagi menjadi pilihan berat.
“Sekarang usaha meubel di sini mulai lesu, permintaan sudah tidak sebesar dulu,. Saya ajak kembali ke ladang, mereka tidak punya banyak pilihan lagi,” katanya.
Gus Iim tidak sendiri, dia mengawali upaya menghidupkan lahan Pancor Emas dengan Kepala Dusun Rujak Sente, Desa Sukorejo, Rohman yang memang sudah punya perhatian ke dunia pertanian sejak lama.
“Kalau Rohman ini memang punya latar belakang pertanian. Sedikit banyak dia mengerti cara mengelola lahan,” kata dia.
Emas Hijau itu Bernama Pepaya
Lahan Pancor Emas sudah terbuka. Secara gotong royong warga setempat berjibaku membuka lahan yang cukup luas itu. Walupun harus dilakukan secara tradisional tanpa menggunakan alat pertanian berat.
“Namanya baru mulai, kami nyaris tanpa modal. Semua kami lakukan secara swadaya. Baru setelah semuanya jadi, kami berani mengajukan pendanaan ke perangkat desa,” kenang Gus Iim.
Pancor Emas kini sudah ditanami sekitar 5.000 pohon pepaya jenis kalifornia dari skema pembiayaan Dana Desa. Dana awal yang diterima sekitar Rp80 juta untuk mengadakan bibit dan sumur bor sekaligus pompa air, dan alat penunjang pertanian lain.
“Dana ini memang sangat kecil dibanding dengan lahan yang kami kelola. Tetapi kami yakin dengan kepercayaan masyarakat, kai bisa mengelola dana ini setidaknya untuk membangkitkan kepercayaan masyarakat bahwa pertanian bisa diandalkan,” katanya.
Kandungan vitamin dalam pepaya sangat tinggi, sehingga menjadi salah satu jenis buah yang disukai masyarakat. Terbukti, dari hasil panen kebun Pancor Emas yang selalu ludes diborong warga sekitar.
“Sejauh ini pembelinya masih di kalangan warga sekitar saja, karena hasil produksi belum mencukupi untuk masuk pasar pepaya yang sangat besar,” tukas Imam.
Fluktuasi harga pepaya adalah Rp2.000 hingga Rp8.000 per kilogram. Sedangkan satu pohon pepaya berpotensi menghasilkan sekitar 70 buah dengan asumsi per buah beratnya rata-rata 1.5-2 kilogram.
"Pepaya itu seperti emas, tetapi berwarna hijau. Kalau dikelola dengan benar bisa menjadi sumber cuan yang menggiurkan," katanya.
Advertisement
Belum Dapat Subsidi Pupuk
Pepaya adalah tanaman hortikultara, sehingga sulit mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk memperoleh jatah pupuk berubsidi. Tidak seperti pertanian pangan seperti padi, jagung dan kedelai.
“Saat ini lahan kami masih tergolong subur, karena memang baru masa tanam pertama setelah terbengkalai sejak lama. Sehingga pepaya yang kami tanam belum membutuhkan pemupukan besar,” kata Rahman.
Setelah masa tanam berikutnya, lahan ini pasati membutuhkan perawatan dan pemupukan lebih ekstra karena kandungan hara yang akan menyusut seiring waktu.
“Untuk saat ini potensi lahan kami cukup besar. Dari 10 pohon pepaya mempunyai potensi pendapatan sekitar Rp100 ribu per hari kalau sudah mulai panen,” katanya.
Meskipun, kata dia, pada masa pembuahan selanjutnya akan menyusut sehingga membutuhkan biaya dan perawatan ekstra. Sehingga perlu skema permodalan yang lebih stabil dari pemerintah.
Dengan potensi yang sangat besar dari sisi ekonomi, sekaligus untuk membangkitkan kembali gairah pertanian di tengah masyarkat yang sedang lesu, pertanian di Pancor Emas Pasuruan ini perlu medapatkan perhatian lebih dari pemerintah.
“Kami berharap pemerintah lebih perhatian terhadap pertanian desa seperti ini, karena tidak hanya membangkitkan ekonomi masyarakat, tetapi juga mengembalikan citra petani di masa lalu: petani adalah raja yang sejati,” pungkas Gus Iim.