Liputan6.com, Cilegon - Keputusan PT Barata Indonesia (Persero) untuk mengakuisisi pabrik Siemens tahun lalu sudah memberi gejala positif. Selain bisnis komponen turbin mereka makin melonjak, perseroan juga lebih leluasa mengeksplorasi bisnis lain.
General Manager PT Barata Indonesia (Persero) Divisi Power Plant, Lukman Jamaludin, berkata dulunya divisi mereka hanya bermitra dengan Siemens dan memproduksi untuk perusahaan Jerman tersebut. Kini, Barata bisa menerima pesanan dari perusahaan manapun di dunia.
Advertisement
Baca Juga
"Kemarin kita baru saja selesai sama General Electric, dia buat juga untuk seluruh dunia. Jadi artinya, setelah akuisisi Barata siapapun boleh masuk, karena dulu enggak mungkin karena mereka kompetitor Siemens," ujar Lukman kepada Liputan6.com, Selasa (30/7/2019) di Cilegon.
Barata Indonesia pun tetap menerima pesanan dari klien Siemens setidaknya sebanyak 50 persen keseluruhan produksi. Contohnya, perseoran baru saja menyelesaikan ekspor komponen turbin ke perusahaan Australia, ADL Energy Ltd, yang merupakan klien Siemens.
Pada sisa 50 persen, Barata Indonesia bisa mencari dari perusahaan lain seperti GE, Mitsubishi, dan Wärtsilä. Seluruh komponennya merupakan Made in Indonesia.
"Desainnya dari mereka. Garansi secara sistemnya mereka, tapi kalau produk kita yang garansi karena produk kita," ucap Lukman yang sebelumnya bekerja bagi Siemens.
Selanjutnya, Lukman menyebut Barata Indonesia mulai merambah ke jasa maintenance bagi pembangkit listrik di Indonesia. Potensinya segmen ini pun sangat besar dan baru tercover sekitar 30 persen oleh Barata.
"Dulu sama Siemens murni buat produk baru, sekarang Barata bisa untuk maintenance, repair, service. Itu istilahnya peluang-peluang yang kita ambil. Begitu banyak pembangkit di Indonesia yang punya PLN, punya anak perusahaan PLN, Indonesia Power, atau PJB, itu bisa kita serap sebagian pasar itu," jelas Lukman.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Membangun Reputasi
Untuk divisi power plant, Barata sedang menantikan pabrik petrokimia milik Lotte di Merak. Lokasi yang berdekatan dengan Barata Indonesia di Cilegon pun membawa berkah karena pihak-pihak yang ikut tender telah merapat ke perseroan.
Selain pasar servis, Barata melihat peluang-peluang lain seperti konstruksi infrastruktur serta migas juga menjadi fokus. Barata juga sedang menunggu proses pembangunan PLTU Jawa 9-10 berkapasitas 2x1.000 MW Suralaya yang juga berlokasi di Kota Cilegon.
"Sejalan dengan itu kita punya potensi dan masa depan. Artinya kalau infrastruktur digenjot lagi, pasti makin baik, kalau industri tumbuh, infrastruktur tumbuh, kan daya listrik pasti ditambah," jelas Direktur Utama PT Barata (Persero) Oksarlidady Arifin.
Lukman turut menjelaskan pentingnya membangun reputasi Barata sebagai solusi pembangkit di Indonesia. Ia ingin Barata menjadi pilihan utama bagi mereka yang sedang membangun atau merawat pembangkit.
"Itu yang ingin kita ciptakan, jika orang ingin ciptakan sesuatu itu mereka ingatnya Barata dan ketika ingin menservis, maintenance, perawatan, mereka bilang: kita ke Barata saja. Brand image ini yang harus kita bangun," jelas Lukman.
Advertisement