Frank James Lampard merupakan eks pemain sepak bola profesional yang kini tengah merintis karier sebagai manajer sepak bola. Dewasa ini, Lampard menahkodai salah satu tim kuat asal Kota Liverpool yang mentas di kasta tertinggi sepak bola Inggris.
Adalah Everton yang menjadi pelabuhan anyar bagi manajer kelahiran Romford, Inggris, 43 tahun silam ini. Everton menjadi klub ketiga yang ditangani Lampard dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai manajer di Derby Country (2018-2019) dan Chelsea (2019-2021).
Sosok Lampard sendiri sejatinya tidak asing bagi para penggemar sepak bola Inggris. Ia merupakan seorang legenda sepak bola yang memiliki banyak pencapaian serta prestasi kala masih aktif merumput di atas lapangan hijau.
Nama Lampard begitu menggema kala berseragam Chelsea. Ia begitu dikenal dengan gaya permainannya yang atraktif di lini tengah. Maklum, pemain yang bertipe all-round dan versatile box-to-box ini memang tidak bisa dianggap remeh oleh tim lawan.
Apalagi, Lampard juga diplot sebagai gelandang yang berperan untuk membantu pertahanan sekaligus penyerangan di dalam tim. Sehingga, ia selalu menjadi pemain yang begitu diwaspadai.
Awal Mula Karier Sepak Bola
Lampard mengikuti jejak Sang Ayah, Frank Lampard Sr., untuk berkarier di dunia sepak bola. Ia megawali kariernya bersama Akademi West Ham United pada tahun 1994. Waktu itu, usia Lampard baru menginjak 14 tahun ketika bergabung di akademi ini.
Bersama Akademi West Ham United, Lampard bisa dibilang memiliki talenta yang cukup besar. Bahkan, tak butuh waktu lama bagi dirinya untuk masuk ke dalam skuat U-18. Tercatat, ia hanya butuh waktu selama satu tahun untuk menembus skuat U-18.
Tak berhenti sampai di sana, pasca beberapa bulan bermain bersama West Ham United U-18, Lampard kembali dipromosikan. Kini, ia masuk ke dalam skuat utama. Hanya saja, alasan dipromosikannya Lampard waktu itu karena pemain bertinggi 184 cm ini ingin dipinjamkan ke Swansea City.
Lampard dipinjamkan ke Swansea City yang berlaga Liga EFL (Kasta kedua Liga Inggris) guna meningkatkan mentalitas bermainnya di atas lapangan. Maklum, Lampard memang diproyeksikan untuk membela tim utama West Ham United yang berlaga di kasta tertinggi sepak bola Inggris.
Lampard melakukan debut profesional perdananya pada bulan Oktober 1995 kala Swansea City menaklukan Bradford City 2-0 tanpa balas. Sementara, gol pertamanya di Liga EFL terjadi kala Swansea City menjamu Brighton & Hove Albion. Gol ini sekaligus menjadi satu-satunya gol yang diciptakan Lampard selama masa peminjamannya di Swansea City.
Merasakan Atmosfer Liga Inggris
Usai dipinjam beberapa bulan, Lampard kembali ke West Ham United untuk mengarungi petualangan barunya bermain di kasta tertinggi sepak bola Inggris. Waktu itu, Lampard melakoni debutnya pada 31 Januari 1996. Ia masuk sebagai pemain pengganti menggantikan John Moncur.
Namun, debut perdana Lampard pada musim 1995/1996 ini tampaknya kurang membuat sang manajer kagum. Harry Redknapp, manajer West Ham United saat itu tidak memberikan kesempatan kembali kepada Lampard untuk bermain pasca laga tersebut.
Manajer yang juga memiliki hubungan darah dengan Lampard ini baru memberinya kesempatan bermain usai empat bulan lamanya. Lampard baru diberi menit bermain pada 5 Mei 1996 usai West Ham United ditahan imbang 1-1 atas Sheffield Wednesday.
Minimnya menit bermain terus dirasakan Lampard hingga musim selanjutnya. Pada musim 1996/1997, Lampard hanya diberikan menit bermain sebanayk 394 menit di 15 pertandingan Liga Inggris. Minimnya menit bermain pun turut membuatnya tak bisa mengeluar performa terbaiknya.
Baru pada musim 1997/1998 Lampard diberikan lebih banyak kesempatan bermain. Ia juga tak jarang menjadi pilihan utama Redknapp dalam 11 pertama pertandingan. Kesempatan bermain ini akhirnya dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Lampard untuk membantu timnya meraih kemenangan di setiap laga.
Tercatat, hingga musim 2000/2001, Lampard menjadi sosok pemain yang tak tergantikan di lini tengah West Ham United. Walau belum bisa membawa West Ham United menjuarai Liga Inggris, tetapi setidaknya Lampard berkontribusi untuk membawa West Ham United finis di peringkat kelima pada musim 1998/1999. Dimana peringkat ini merupakan raihan tertinggi dalam sejarah West Ham United saat itu.
Mendapat Cemoohan
Permainan Lampard sejatinya sangat berpengaruh terhadap performa tim. Terlihat sejak dirinya mendapat menit bermain secara reguler, West Ham United bisa bersaing di papan atas klasemen Liga Inggris.
Lampard bahkan telah menyetujui untuk memperpanjang kontraknya sampai tahun 2005 saat itu. Tentu, hal ini merupakan komitmen nyata Lampard untuk mempersembahkan gelar kepada klub yang telah membesarkan namanya.
Namun, rencana Lampard ini tampaknya tak berjalan sesuai ekspektasi. Pada musim 2000/2001 performa The Irons menurun sangat tajam. Seluruh pemain mendapat kritik pedas dari para suporter yang hadir di lapangan.
Mereka kecewa dengan kepelatihan Redknapp musim itu dan menyerukan manajemen untuk memecatnya. Apalagi, hingga akhir musim, West Ham United tak mampu bangkit dan tercecer di posisi Ke-15 klasemen Liga Inggris. Akhirnya, usai penampilan buruk selama satu musim, Redknapp memutuskan untuk meninggalkan klub pada Mei 2001.
Disisi lain, usai kepergian sang Paman, posisi Lampard begitu terancam di skuat West Ham Untied. Apalagi, Sang Ayah, Frank Lampard Sr. merupakan asisten pelatih Redknapp dan terus dipaksa mundur oleh para suporter.
Bahkan, Lampard kerap mengalami penghinaan karena dinilai sebagai pemain titipan Sang Ayah dan pamannya di West Ham United. Padahal, Lampard tak pernah merasa memanfaatkan situasi tersebut. Menurutnya, ia selalu menjadi pilihan utama karena murni akibat kemampuan olah bolanya yang begitu baik.
Berkostum The Blues
Lampard yang merasa kerja kerasnya selama beberapa musim tak dihargai oleh para suporter membulatkan tekadnya untuk mengakhiri kontrak bersama West Ham United. Untungnya, ada beberapa klub yang berminat menggunakan jasanya saat itu.
Tercatat, Aston Villa dan Chelsea menjadi klub terdepan yang memburu tanda tangan Lampard. Namun, manajemen The Hammers memutuskan untuk menjual Lampard ke Chelsea karena mahar yang ditawarkan lebih besar. Lampard ditebus dengan harga 11 juta Poundsterling pada Juni 2001.
Kepindahannya ke klub yang bermarkas di London ini tampaknya menjadi keputusan tepat. Dibawah asuhan Claudio Ranieri, pelatih Chelsea waktu itu, Lampard tetap mendapat banyak menit bermain bersama tim barunya.
Ia bahkan langsung melakukan debut pada pertandingan pertama musim 2001/2002 ketika Chelsea berhadapan dengan tim kuat Newcastle United. Walau belum bisa meraih kemenangan, tetapi Lampard membantu timnya menahan imbang Newcastle United 1-1.
Tiga musim bermain di tim utama, Lampard belum bisa memberika satu pun gelar kepada Chelsea. The Blues selalu tertahan di peringkat 10 besar dan belum bisa bersaing untuk memperoleh gelar juara.
Baru pada musim 2004/2005 usai kedatangan Jose Mourinho, keran juara bagi skuat Chelsea mulai terbuka. Lampard yang tetap menjadi tumpuan utama di lini tengah sukses menerapkan skema permainan yang diterapkan oleh The Special One.
Bahkan, pada musim pertama Mourinho di Chelsea, pelatih asal Portugal ini sukses mengantarkan The Blues untuk meraih gelar juara Liga Inggris dan Piala Carabao. Lampard juga berhasil memberikan kontribusi yang cukup vital pada musim tersebut dengan menorehkan 19 gol dan 21 assist dari seluruh kompetisi yang diikuti Chelsea.
Kesuksesan Chelsea dalam membuka keran gelar juara di musim 2014/2005 pun turut membawa karier Lampard melonjak drastis. Ia juga dipanggil dalam skuat utama Timnas Inggris dan menjadi tumpuan utama The Three Lions dalam berbagai kompetisi yang diikuti.
Selain itu, berbagai rekor juga dicetak Lampard selama 13 musim berseragam Chelsea. Mulai dari menjadi top skor sepanjang masa Chelsea dengan raihan 211 gol, menjadi pencetak gol terbanyak dari luar kotak penalti dengan raihan 41 gol, dan menjadi pengumpan terbanyak sepanjang masa Liga inggris dengan total 112 assist.
Gantung Sepatu dan Menjalani Peran Baru
Usai menjalani banyak musim yang hebat bersama Chelsea, Lampard memutuskan hengkang pada musim 2014/2015. Ia bergabung ke Manchester City usai kontraknya tak diperpanjang manajemen Chelsea.
Lampard bermain selama satu musim bersama The Citizen dengan total bermain 32 laga dan sukses mencetak 6 angka. Setelah itu, pada musim selanjutnya, ia memutuskan hengkang kembali dan pelabuhan anyarnya adalah New York City FC yang bermain di Major League Soccer. Bersama New York City FC, Lampard meneken kontrak selama satu musim dan bermain di 29 laga di MLS. Selain itu, ia juga sukses mencetak 15 gol di berbagai ajang yang ia ikuti.
Pada akhir musim 2015/2016, Lampard akhirnya memutuskan gantung sepatu pada usianya yang sudah menginjak 38 tahun. Meski begitu, ia tak berniat untuk meninggalkan olahraga yang telah membesarkan namanya tersebut. Ia berjanji akan kembali usai mengambil masa rehat dan menikmati waktunya bersama keluarga.
Tak lama rehat, Lampard sudah kembali ke atas lapangan hijau pada Juni 2017. Ia mulai membantu eks klubnya, Chelsea, untuk menjadi salah satu pelatih muda di sana. Tercatat, Lampard menangani tim muda Chelsea selaam satu tahun sebelum memutuskan meneken kontrak profesional bersama Derby Country.
Pada Juli 2018, Lampard menandatangi kontrak selama tiga musim bersama kontestan Liga EFL, Derby Country. Lampard memutuskan untuk mengawali karier kepelatihannya di kasta kedua Liga Inggris guna mencari pengalaman sekaligus mengetes sejauh mana kemampuannya sebagai juru taktik.
Bersama Derby Country, Lampard menjalani debut perdananya sebagai seorang manajer pada 31 Agustus 2018. Saat itu, Derby Country sukses melumat Reading dengan skor 2-1 usai Tom Lawrence mencetak gol krusial di menit akhir pertandingan.
Bahkan, pada pertandingannya yang Ke-12, kala Derby Country bermain di Piala Carabao, Lampard sukses memukul kontestan Liga Inggris, Manchester United. Waktu itu, Derby Country memaksa Setan Merah untuk bermain hingga adu penalti usai skor 2-2 tak berubah hingga babak perpanjangan waktu.
Alhasil, berkat strategi jitu yang dimiliki Lampard, Derby Country sukses memenangi adu penalti di Old Trafford dan membawa Derby Country melangkah ke fase berikutnya. Tentu, kemenangan ini juga turut meningkatkan kepercayaan diri Lampard sebagai manajer anyar.
Kesuksesan Lampard dalam menaungi Derby Country tampaknya dilirik Manajemen Chelsea. The Blues yang saat itu tengah mencari sosok nahkoda anyar memasukkan nama Lampard dalam perburuan. Meski, pada Liga EFL 2018/2019 Lampard hanya mampu membawa Derby Country finis di urutan keenam, tetapi kemampuan Lampard sebagai seorang manajer patut diacungi jempol.
Alhasil, sebagai Legenda Chelsea, Lampard tergerak kala diberikan penawaran oleh manajemen The Blues. Ia pun sepakat untuk menjadi manajer anyar Chelsea pada musim 2019 atau setahun pasca musim perdananya sebagai seorang manajer.
Bersama Chelsea, bisa dibilang karier Lampard cukup baik. Pada musim perdananya menangangi The Blues, Chelsea mampu finis di urutan keempat dengan meraih 20 kemenangan, 6 hasil imbang, dan 12 kekalahan.
Walau jauh dari kata sempurna, Lampard bertekad untuk memberikan kemampuan terbaiknya pada musim 2020/2021. Waktu itu, Lampard menggebrak bursa transfer dengan mendatangkan lima pemain sekaligus. Seperti Hakim Ziyech, Timo Werner, Ben Chilwell, Kai Havertz, dan Eduard Mendy.
Saga transfer Lampard ini bahkan sempat membuat heboh beberapa pihak. Sebab, pemain yang didatangkan pun bukan main-main. Bisa dibilang kelima pemain yang didatangkan adalah seorang bintang di klub sebelumnnya.
Namun, meski dihuni oleh skuat yang hampir sempurna, performa Chelsea pada musim 202/2021 cenderung stagnan. Tidak ada peningkatan signifikan dari musim sebelumnya. Bahkan, manajemen pun mulai geram dengan hasil yang diperoleh dalam beberapa laga yang dilakoni Chelsea.
Disisi lain, Lampard pun tak berhasil memberikan banyak kemenangan dan memuaskan hasrat para pendukung yang datang. Alhasil, ia didepak pada 26 Januari 2021 setelah beberapa hasil yang mengecewakan.
Juru Taktik Everton
Usai didepak Chelsea, Lampar sempat menganggur selama satu tahun sebelum akhirnya dihubungi manajemen Everton sebagai manajer anyar, Senin (31/1/2022). Klub Merseyside itu mengontraknya hingga tahun 2024. Lampard menggantikan posisi Rafael Benitez yang dipecat awal bulan ini akibat serangkaian hasil buruk yang diterima Everton.
"Merupakan kehormatan besar bagi saya menangani klub sebesar dengan penuh tradisi seperti Everton. Saya tidak sabar mulai bekerja," kata Lampard, dilansir ESPN.
"Saya meminta bantuan suporter untuk membantu tim mengatasi masa sulit. Kita harus melaluinya bersama-sama," lanjutnya.
Lampard menyisihkan sejumlah pesaing untuk mendapatkan pekerjaan ini, salah satunya legenda klub Wayne Rooney. Namun, yang bersangkutan menolak dan memilih tetap di Derby County karena merasa belum siap.
Kini, Lampard bersiap untuk meningkatkan performa Everton dan menjauhkannya dari zona degradasi. Lampard juga tidak memiliki target yang muluk, ia hanya berharap Everton dapat kembali bersaing di 10 besar Liga Inggris.
Berita Terbaru
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Selasa 5 November 2024
Bila Terpilih Jadi Gubernur Jakarta, Pramono Tegaskan KJP Tetap Akan Berjalan
Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional, Pentingnya Menjaga Keanekragaman Hayati
Pembobol Minimarket Tak Berkutik Saat Diringkus Sedang Mandi di Rumahnya
Buya Yahya Kisahkan Orang Jarang Ibadah tapi Matinya Husnul Khatimah, Ini Peringatannya
Angkringan di Solo Ini Jadi Tempat Favorit Prabowo Menjamu Jokowi hingga Gibran
NASA Pecahkan Rekor Baru Komunikasi Laser Melintasi Alam Semesta
Meraih Ridha Allah SWT Bahkan Jadi Wali Itu Gampang, Bisa dari Hal Sederhana Harian Ini Kata Gus Baha
7 Pembelian Terburuk Sepanjang Masa Manchester United, Termasuk Rekor Transfer Termahal
Ide Aktivitas Seru Saat Berkunjung ke Pantai Losari Makassar
Geger Pegawai Komdigi Jadi Beking Ribuan Situs Judi Online, Pengawasan Internal Lemah?
Tips Menjaga Kerenyahan Jamur Tiram Krispi Tanpa Lembek, Cocok untuk Jualan