Mengintip Canggihnya Teknologi Kapal Pencari AirAsia QZ8501

Kapal riset milik BPPT ini diterjunkan karena memiliki teknologi canggih yang bisa dimanfaatkan mencari pesawat AirAsia yang hilang.

oleh Denny Mahardy diperbarui 29 Des 2014, 17:12 WIB
Diterbitkan 29 Des 2014, 17:12 WIB
Baruna Jaya IV
Baruna Jaya IV (oceanexplorer.noaa.gov)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengumumkan bahwa pihaknya telah mengirim sebuah kapal canggih untuk ikut dalam tim pencarian pesawat AirAsia QZ8501 yang dinyatakan hilang. Kapal milik BPPT itu bernama Kapal Baruna Jaya IV.

Baruna Jaya IV sebenarnya merupakan kapal riset yang biasanya digunakan untuk membuat pemetaan pelabuhan, serta pemetaan bawah laut habitat laut dan perikanan. Baruna Jaya IV dibuat di Prancis tahun 1995 dengan panjang 60,4 meter dan lebar 12,1 meter.

Namun, kapan ini memiliki kemampuan untuk menemukan benda dan puing di bawah laut, termasuk kapal maupun pesawat yang tenggelam. Kapal ini dilengkapi dengan Multi-Beam Echo Sounder dan Side Scann Sonar untuk mendeteksi berbagai kondisi maupun mencari puing logam yang ada di bawah laut.

Multi-Beam Echo Sounder merupakan 'kuping bawah laut' yang cukup tajam dan akurat untuk mendeteksi kondisi yang ada di bawah air. Perangkat ini merupakan salah satu yang paling canggih dalam hal monitoring di kedalaman laut gelap dan memungkinkannya melakukan pemetaan maupun deteksi puing.

Alat ini biasanya terdiri dari empat bagian yakni pengirim transduser, penerima transduser, unit pengolahan dan workstation. Transduser juga bisa dipasang bersamaan dengan sensor gerak dan kecepatan suara supaya memiliki fungsi dan memberikan hasil pemetaan yang lebih akurat.

Side scann sonar

Pesawat Air Asia
Pesawat Air Asia (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sementara itu, Side scann sonar lazim digunakan untuk melakukan survei dan arkeologi maritim. Side scann sonar juga mampu mendeteksi barang-barang dan puing di dasar laut yang bisa membahayakan pelayaran ataupun instalasi industri minyak dan gas bawah laut.

Suara frekuensi yang digunakan dalam side scann sonar biasanya berkisar 100-500 kHz. Frekuensi yang lebih tinggi dari itu disebutkan mampu menghasilkan resolusi yang lebih baik, akan tetapi ruang jangkauan yang dihasilkannya akan berkurang.

Kedua sensor yang dipasang pada Baruna Jaya IV diharapkan dapat membantu mencari pesawat AirAsia QZ8501 yang dinyatakan hilang sejak Minggu pagi kemarin. Kapal Baruna Jaya sendiri telah berlayar dari Bojonegara, Banten menuju perairan Bangka-Belitung dan bergabung bersama tim khusus yang mencari posisi jatuhnya pesawat AirAsia.

Sejarah mencatat, Baruna Jaya IV pernah ikut dalam pencarian KM Gurita yang tenggelam di Sabang pada tahun 1996, menemukan Boeing 737 Adam Air yang tenggelam di Selat Makassar di tahun 2007 dan menemukan KM Bahuga Jaya di Selat Sunda pada tahun 2012.

Adapun pesawat AirAsia yang hilang kemarin adalah pesawat jenis Airbus A320-200 PK-AXC, yang diterbangkan oleh Kapten Iriyanto dan Remi Emmanuel Plesel, serta 4 awak kabin dan 1 teknisi bernama Saiful Rakhmad.

Total ada 162 penumpang dalam pesawat nahas tersebut, terdiri dari 155 penumpang dan 7 awak pesawat. Penumpang didominasi dari warga negara Indonesia, 1 WN Singapura, 1 WN Inggris, 1 WN Malaysia, dan 3 WN Korea Selatan. 

(den/dew)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya