Bos Indosat: Uji Coba Balon Google, Kita Pakai 5 MHz

Menurut CEO Indosat, Alexander Rusli, akan ada banyak balon internet Google mengudara mengitari bumi.

oleh Corry Anestia diperbarui 29 Okt 2015, 13:57 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2015, 13:57 WIB
Balon Google
Kiri-Kanan: Ririek Adriansyah, CEO of Telkomsel; Dian Siswarini, CEO of XL Axiata; Alexander Rusli, Indosat CEO; Mike Cassidy, VP, Loon; Sergey Brin, President, Alphabet Inc (Google Blog)

Liputan6.com, California - Google Inc resmi menggandeng tiga operator seluler Indonesia -- Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata -- untuk melakukan uji coba teknis balon internet Google, yakni Project Loon.

Balon ini nantinya akan menyediakan akses internet yang ditujukkan bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, di mana tak ada infrastruktur jaringan.

Alexander Rusli, Presiden Direktur & Chief Executive Officer (CEO) PT Indosat Tbk, yang hadir dalam penandatanganan kerja sama dengan Google tersebut, mengungkap bahwa masing-masing operator akan menggunakan spektrum di 900 Mega Hertz (MHz).

"Dari 15 MHz lebar spektrum yang kami miliki di 900 MHz, kami akan pakai 5 MHz untuk uji coba balon Google," ungkap Alexander, dalam pesan singkatnya kepada tim Tekno Liputan6.com, Kamis (29/10/2015).

Namun, Alexander belum dapat memaparkan mekanisme secara rinci. Menurutnya, uji coba Project Loon tersebut akan dilakukan pada wilayah spesifik. Bahkan, dia menyebut banyak balon internet yang akan mengudara.

"Dalam desain (Project Loon) akan ada banyak balon mengelilingi bumi dengan jarak satu sama lain berkisar 80 kilometer. Satu balon plus peralatan akan setara dengan satu menara (telekomunikasi). Jadi, banyak balon mengelilingi bumi seperti ring (cincin). Itu bisa cover semua wilayah sekaligus," jelasnya.

Dalam blog resminya, Google memaparkan bahwa Project Loon akan melayang pada ketinggian 20 kilometer di atas permukaan bumi pada lapisan Statosfer. 

Bagi Google, kehadiran balon internet ini akan membantu operator di Indonesia untuk memperluas jaringan mereka ke wilayah terpencil. Sebab Indonesia merupakan negara kepulauan yang banyak dikelilingi hutan dan pegunungan. Kondisi ini akan menyulitkan operator untuk membangun kabel fiber optic (FO) atau menara telekomunikasi.

(cas/dew)



Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya