Bahaya, Sistem Kereta Api Rentan Diretas

Terdapat banyak risiko di sistem kereta api yang berasal dari sistem otomatis baru yang tergantung pada internet.

oleh M Hidayat diperbarui 04 Jan 2016, 19:40 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2016, 19:40 WIB
Hacking, Keamanan, Retas
Hacking, Keamanan, Retas. Ilustrasi: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Sejak pertama kali diperkenalkan lebih dari dua abad lalu, kereta api telah menyesuaikan diri dengan banyak hal, salah satunya terhadap peningkatan intensitas penggunaannya. Dan saat ini, para peneliti keamanan di Jerman telah menemukan musuh baru bagi sistem kereta api: peretas (hacker).

Berdasarkan laporan dari Vice, yang dikutip dari Popular Science, Senin (4/1/2016), terdapat banyak risiko yang berasal dari sistem otomatis baru yang tergantung pada internet.

"Isu-isu tersebut meliputi kurangnya perlindungan autentikasi, sistem yang menggunakan sistem operasi yang sangat tua, dan kata kunci untuk akses jarak jauh. Ada juga pilihan desain yang mengkhawatirkan di kereta itu sendiri, seperti perangkat hiburan bagi pelanggan dan sistem rekayasa pada jaringan yang sama," jelas laporan itu.

Kerentanan ini terungkap oleh para peneliti keamanan whitehat Jerman, SCADA Strangelove, yang sebelumnya telah meneliti kelemahan keamanan dalam sistem energi hijau dan smartgrids. Presentasi mereka, yang berjudul "The Great Train Robbery Cyber" disajikan pada Chaos Communication Congress di Hamburg pada 27 Desember kemarin.

Dalam presentasinya, mereka memerinci perubahan dari pergantian rel (rail-switch) mekanis sederhana menjadi lebih otomatis. Satu masalah yang dibahas adalah, beberapa switch membutuhkan akses konstan ke internet, dan jika sinyal hilang, secara otomatis kereta pun akan berhenti.

Yang lebih mengagetkan, untuk salah satu sistem kereta, para peneliti melihat masih adanya kata kunci default yang terhubung dengan akun admin, yang meninggalkan akses terhadap sistem menjadi terbuka lebar.

(Why/Isk)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya