Teknologi Virtual Reality Akan Membumi di 2016

2016 diperkirakan akan menjadi tahun kebangkitan teknologi virtual reality. Bagaimana kilas balik teknologi ini kembali diboyong?

oleh Jeko I. R. diperbarui 14 Jan 2016, 19:07 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2016, 19:07 WIB
Mau Main Game PC Dengan Oculust Rift? Cek Dulu Spesifikasinya
Berikut spesifikasi yang sesuai agar Anda dapat memainkan game PC dengan perangkat Oculus Rift

Liputan6.com, California - Awalnya, teknologi virtual reality (VR) diragukan, namun kini kehadirannya dinantikan. VR bukan lagi hanya menjadi mimpi manis para pecinta teknologi yang mengidam-idamkan bagaimana rasanya 'tenggelam' dalam nuansa dimensi bertautkan sajian menarik yang begitu magis.

2016 dinobatkan menjadi tahun kebangkitan teknologi mutakhir tersebut. Bagaimana kilas balik teknologi ini? Mengutip informasi The World In, Kamis (14/1/2016), berikut pemaparannya.

Secara definisi, VR akan membawa penggunanya memakai sebuah perangkat berbentuk headphone yang ukurannya tak terlalu besar, lengkap dengan headset sebagai alat bantu dengar.

Tak sampai di situ, ketika menggunakan perangkat ini, pengguna akan melihat sajian tampilan 3D langsung dari dalam perangkat tersebut. Menariknya, ketika pengguna menggerakkan kepalanya, maka tampilan yang dilihat akan mengikuti gerakan secara real time.

Perlu diketahui, meski baru kembali gegap gempita dalam 4 (empat) tahun terakhir, teknologi VR sebetulnya sudah dicanangkan sejak 1990an.

Hanya saja, dengan segala keterbatasan teknologi dan perangkat yang ada pada saat itu, VR dirasa 'mustahil' untuk diadopsi dalam waktu yang begitu dini.

Seiring waktu berjalan, teknologi berevolusi. Momen-momen penting terobosan VR diciptakan beberapa perusahaan teknologi papan atas.

Sejak awal 2010, sudah ada beberapa perusahaan yang ingin kembali 'menghidupkan' VR ke sebuah perangkat khusus. Sebut saja Oculus, yang begitu getol merancang perangkat Oculus Rift-nya menjadi gaming device yang realistis dan canggih.

Selanjutnya

"Kami menyebut perangkat ini sebagai perangkat 'peacetime', kami ingin Oculus Rift tak hanya menjadi sekadar perangkat gaming, namun menjadi perangkat VR yang bisa digunakan untuk keperluan banyak orang," tutur Kyle Russel, salah satu investor Oculus.

Lalu, mengapa 2016 menjadi tolak ukur kebangkitan VR? Dijelaskan, selain Oculus, beberapa perusahaan lain dilaporkan sedang 'bergerak cepat' menciptakan perangkat VR yang tak kalah canggihnya dalam beberapa tahun terakhir. Perangkat VR ini bahkan dirancang bisa berinteraksi (digunakan) via komputer, smartphone dan konsol gaming.

Mark Zuckerberg, founder Facebook memandang teknologi ini sebagai salah satu terobosan yang bisa 'menolong' masa depan.

Menurutnya, teknologi ini dapat menghadirkan konten 3D yang begitu imersif dan mampu mengalahkan sensasi menikmati video. Inilah yang membuat Facebook terpikat mengakuisisi Oculus pada 2014 dengan nilai US$ 2 miliar.

Tak hanya Facebook, Google bahkan juga dilaporkan mem-backing sebuah perusahaan 'rahasia' miliknya yang bakal mendukung proses penciptaan perangkat VR yang bernama 'Magic Leap'.

Selain itu, Microsoft juga mengikuti jejak serupa, di mana mampu menyulap teknologi tersebut dengan sebutan 'Augmented Reality' yang mampu menghadirkan gambar hologram yang bisa dilihat dengan bantuan perangkat khusus.

Melihat semua ini, apakah fenomena yang diciptakan perusahaan papan atas tersebut hanya sekadar sebuah 'hype' atau betul-betul mengikuti kebutuhan konsumen akan perangkat VR?

Jawabannya akan terkuak pada tahun ini. Yang pasti, beberapa perangkat VR siap 'bersaing' ketat di 2016.

(Jek/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya