Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan IT yang bergerak di industri retail dan manajemen properti, PT Relindo Prima Solusitama, menjalin kerja sama dengan RetailNext, salah satu perusahaan IT yang bermarkas di Silicon Valley, California, Amerika Serikat.
Melalu keterangan tertulisnya, Senin (4/4/2016), Presiden Direktur PT Relindo Prima Solusitama, Andreas Kartawinata menilai, seiring perkembangan teknologi digital, industri retail ikut terkena dampak perubahan, khususnya dalam hal teknologi.
Saat ini, pelaku usaha ritel dapat menganalisa berapa jumlah trafik dan karakteristik dari konsumennya, memanfaatkan teknologi digital berupa aplikasi atau software.
Baca Juga
Baca Juga
“Produk sistem informasi yang dibangun RetailNext bermanfaat bagi pelaku industri ritel, seperti pertokoan maupun pusat perbelanjaan di Indonesia untuk mengembangkan bisnis melalui platform analitik yang mencakup analisa jumlah pelanggan, kebiasaan pelanggan, berapa lama waktu pelanggan menghabiskan waktu melihat-lihat sebelum membeli, hingga menganalisa trafik calon pembeli pada jam-jam tertentu,” kata Andreas.
Advertisement
Ia mengklaim, dari semua brand aplikasi atau software yang ada, hanya RetailNext yang secara komprehensif mampu menganalisa secara detail.
Secara global, lanjut Andreas, pemakaian platform analitik retail telah meningkat secara eksponensial. Perusahaan ritel di seluruh dunia memahami besarnya keuntungan yang dapat diperoleh dengan melakukan analisa mendalam terhdap pelanggan dan kebiasaan belanja mereka.
“Dengan memanfaatkan teknologi RetailNext, pebisnis ritel di Indonesia memiliki kesempatan yang besar untuk melakukan hal tersebut demi meraup pasar global dan menjadi pembeda dengan pesaing,” ujarnya.
Sementara CEO Retailnext Alexei Agratchev mengatakan, di Amerika Serikat hampir semua peritel telah memanfaatkan teknologi RetailNext.
“Kita menggunakan berbagai sensor, kamera, bluetooth, dan juga video dari pergerakan customer di toko. Sistem akan menganalisa data, keamanan toko dan menganalisa video dari sensor-sensor itu,” terang Alexei.
Ia membeberkan, pihaknya memerlukan waktu bertahun-tahun dan menghabiskan biaya hingga ratusan juta dollar AS dalam pengembangan teknologi ini. Bahkan, untuk tahun ini mereka menggelontorkan US$ 15 juta untuk pengembangan lebih lanjut dari software RetailNext.
(Isk/Cas)