Begini Proses Pengungkapan Skandal Panama Papers

Pengungkapkan skandal Panama Papers melibatkan penggunaan big data, komputer dengan performa mumpuni, dan algoritma khusus.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 05 Apr 2016, 11:30 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2016, 11:30 WIB
Ilustrasi skandal Panama Papers
Ilustrasi skandal Panama Papers (Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Dunia internasional tengah dihebohkan oleh terbongkarnya 11 juta dokumen rahasia yang disebut sebagai kebocoran terbesar abad ini.

Bocoran data yang dikenal sebagai 'Panama Papers' ini mengungkap bagaimana biro hukum Mossack Fonsesca membantu para kliennya melakukan pencucian uang untuk menghindari hukuman dan kabur dari pembayaran pajak.

Namun, tahukah Anda bahwa bocornya dokumen tersebut tak serta-merta muncul begitu saja. Dikutip dari laman Wired, Selasa (5/4/2016), kebocoran data-data itu ternyata melibatkan penggunaan data berformat digital, komputer dengan performa mumpuni, dan algoritma yang dapat memahami semua nama di balik ribuan detail data.

Untuk memastikan data dapat terbaca, International of Investigative Journalists (ICIJ) dan Sueddeutsche Zeitung--pihak yang pertama kali memperoleh data--bekerja sama dengan perusahaan perangkat lunak Nuix.

Perusahaan itu digandeng untuk memilah dan mengatur file yang jumlahnya mencapai 2,6 Terabytes. Data tersebut berisi informasi dari tahun 1977 sampai 2015.

"Kami akan mengekstrak informasi dari data-data tersebut, termasuk semua metadata. Lalu, kami akan menggunakan Nuix untuk menyelidiki informasi itu berdasarkan big data dan perspektif analitis," ujar Carl Barron, konsultan senior dari Nuix yang ikut dalam investigasi tersebut.

Setelah itu, Barron mengatakan teks yang sudah diekstrak dapat dimasukkan ke dalam indeks dan database. Ukuran akhir database tersebut diperkirakan sekitar 30 persen dari ukuran aslinya.

Selanjutnya

Tak hanya itu, Barron juga memungkinkan ICIJ dan Sueddeutsche Zeitung memakai keyword tertentu untuk melakukan pencarian. Menurutnya, bila keduanya mencari nama seseorang di data email, nama tersebut juga akan ditemukan di bagian data lainnya.

Barron memaparkan, begitu informasi sudah diindeks, algoritma dapat digunakan untuk mencari tautan spesifik yang berada dalam database. Kemudian, informasi tersebut akan dikombinasikan secara manual untuk membentuk data akhir.

Data itu digunakan para jurnalis untuk menemukan politisi, pelaku kriminal internasional, serta atlet profesional. Setelah itu, dimungkinkan pula membuat mesin pencarian untuk nama-nama yang ada di dalam daftar tersebut.

Selanjutnya data yang berhasil dihimpun menampilkan 130 nama orang terkemuka dan lebih dari 600 nama yang masuk ke dalam daftar sanksi PBB. Dalam hitungan menit saja algoritma mampu membaginya menjadi 11,5 juta dokumen.

Sebagai informasi, Panama Papers merupakan dokumen dari biro hukum Mosscak Fonsesca yang berpusat di Panama. Dokumen itu berisi informasi bagaimana Mossack Fonsesca membantu para kliennya lepas dari jeratan hukum. Ada sekitar 72 pemimpin dan mantan kepala negara, termasuk para diktator yang masuk ke dalam daftar tersebut.

Beberapa tokoh dunia yang disebut melakukan pencucian uang adalah Presiden Rusia Vladimir Putin. Selain Putin, pebola Lionel Messi dan ayahnya juga masuk ke dalam daftar tokoh yang melakukan pencucian uang.

(Dam/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya