Liputan6.com, Jakarta - Di Indonesia, mulai banyak perusahaan rintisan teknologi (startup) yang muncul dan populer dengan memanfaatkan teknologi mobile lewat aplikasi dan smartphone.
Sebut saja Go-Jek, Tokopedia, dan Traveloka, sebagai perusahaan rintisan yang berevolusi menjadi perusahaan unicorn, karena memiliki nilai korporasi lebih dari Rp 1 triliun.
Di balik kesuksesan satu startup, tentu banyak faktor yang menyertainya. Yang pasti, tentu faktor pendiri, investor, dan produknya sendiri. Satu startup belum tentu bisa berhasil, bahkan menjadi unicorn, tanpa dukungan investor awal yang biasa disebut angel investor.
Baca Juga
Bagaimanapun, angel investor menjadi pihak paling awal yang percaya dan berani mengambil risiko terhadap satu konsep produk startup, saat investor lain tidak berani. Tanpa memperhitungkan imbalan/return, angel investor berdiri paling depan bersama founder dengan keyakinan sama, plus risiko terbesar untuk mengembangkan gagasan menjadi produk.
Andi S Boediman, Managing Partner Ideosource, berpendapat angel investor adalah entrepreneur yang berani mengambil risiko dengan berinvestasi di startup yang baru beroperasi atau fase awal.
“Angel investor biasanya memberikan modal, tapi bisa juga non-modal,” ujar Andi, yang menjadi investor di Bhinneka.com melalui keterangan tertulisnya, Selasa (5/4/2016).
Definisi lebih clear datang dari Andy Zain, founding partner Kejora Group dan Direktur Jakarta Founder Institute. Menurutnya, angel investor biasanya orang yang memiliki ketertarikan/hobi/kemampuan dalam bidang teknologi sehingga berani berinvestasi.
Masuk di tahap awal
Masuk di tahap awal
Mereka juga biasanya mengambil peran lebih aktif dan terkadang menjadi mentor dari startup yang mereka danai. Angle investor adalah investor pertama yang masuk dan investasi ke startup. Biasanya, mereka masuk saat produk masih dalam tahap awal, baru konsep saja, atau masih prototipe. Nilai investasinya sekitar Rp 100 juta hingga Rp 300 juta.
“Angel investor itu penting karena pada tahap awal startup belum ada hasil yang cukup untuk menarik investasi dari venture company, yang banyak mementingkan return dan lebih suka memilih startup/produk yang risikonya lebih kecil atau sudah mapan,“ ujar Andy Zain.
Hal menarik yang ada di sisi angel investor, sebagian dari mereka rela merogoh sakunya dalam-dalam demi membantu mewujudkan ide dan mimpi perusahaan rintisan.
Misalnya, Victor Fungkong, yang memasuki bisnis teknologi informasi dan internet lewat Indonusa dengan memiliki saham di Tokopedia.com, Docotel.com, dan lain-lain.
Menariknya, di Tokopedia, Victor bukan hanya berperan sebagai angel investor, tapi bisa dikatakan founder. Pasalnya, selain mendanai di tahap-tahap awal Tokopedia pada periode 2009-2010, Victor juga aktif memberikan ide-ide dan hasil risetnya kepada William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison, saat Tokopedia masih berupa gagasan.
Ia turut andil di bagian kreatif dan pengembangan, mulai dari bisnis model hingga strategi bisnisnya. Maklum saja, Victor sudah berpengalaman di bisnis internet dengan membangun startup sejak 2000 di Amerika Serikat. Sementara sejak 2007, William dan Leon adalah karyawan Indocom Group, kelompok usaha milik Victor.
Kemudian Victor, Leon, dan William mendirikan Tokopedia, yang pendaftaran hak merek Tokopedia dilakukan sendiri oleh Victor pada Desember 2008 hingga Tokopedia berdiri sebagai perusahaan pada Februari 2009.
Operasional dipercayakan kepada Leon dan William yang secara profesional digaji di Tokopedia. Pada 6 Februari 2009, Victor mendirikan akta perusahaan PT Tokopedia dan menyatakan siap berinvestasi sendiri di Tokopedia.com (bootstraping), saat Tokopedia tidak berhasil mendapatkan investor.
Advertisement
Bukti nyata
Bukti nyata
Berdasarkan akta perusahaan PT Tokopedia, Victor berkomitmen investasi Rp 2,4 miliar sehingga memiliki saham sebesar 80 persen di Tokopedia. Sisanya diberikan kepada William dan Leontinus, masing-masing 10 persen, padahal keduanya tanpa mengeluarkan uang sepeser pun.
Selain mendanai Tokopedia di tahap awal, Victor juga membantu operasional Tokopedia hingga masuk East Ventures sebagai investor pertama Tokopedia pada Januari 2010. Seperti dalam hal ide, strategi, bisnis model, masalah legal, keuangan, bank, akuntansi, perpajakan, dan pemilihan mitra strategis seperti dengan East Ventures.
Berkat Victor, di awal-awal usaha, Tokopedia mendapat bantuan sumber daya manusia dari karyawan PT Indonusa yang mengurusi masalah operasional seperti keuangan, akuntansi, dan legal.
Di Indonesia, nama-nama angel investor di startup memang cenderung tertutup rapat. Tak heran, seperti istilahnya, angel investor ini kebanyakan anonim.
Walaupun jarang angel investor yang muncul ke permukaan tapi produk maupun aplikasi hasil pengembangan timnya kerap muncul, Go-Jek dan Tokopedia jadi bukti nyatanya.
(Isk/Why)