Liputan6.com, Jakarta - Pemanasan global memang dikenal memiliki dampak buruk untuk Bumi, seperti perubahan iklim dan pengaruh pada makhluk hidup. Namun, berdasarkan penelitian terbaru NASA, pemanasan global ternyata memiliki dampak buruk lain yang lebih besar.
Dampak pemanasan global ternyata turut mengubah posisi Kutub Utara Bumi. Sebelumnya, Kutub Utara Bumi berada di sekitaran Kanada selama bertahun-tahun, tapi sejak 15 tahun lalu ada penyimpangan pergerakan kutub.
Kali ini, kutub utara Bumi diketahui bergeser ke arah Inggris, tepatnya garis meridian Greenwich. Kondisi itu diperkirakan dipengaruhi oleh perubahan iklim dan pemanasan global, sehingga membuat pergerakan Bumi tak lagi seimbang.
"Ini pertama kali kita menemukan bukti kuat bahwa perubahan pada distribusi air tanah dalam skala besar mempengaruhi arah pergerakan sumbu Bumi," ujar Surendra Adhikari peneliti Jet Propulsion Lab dari NASA, seperti dikutip dari laman Internasional Business Times, Selasa (13/4/2016).
Advertisement
Perputaran Bumi sendiri merupakan peristiwa yang terjadi secara terus-menerus selama kehidupan manusia. Proses ini mengakibatkan adanya perubahan siang menjadi malam yang telah berlangsung selama jutaan tahun.
Baca Juga
Meskipun proses itu masih berlangsung sampai saat ini, pencairan es telah menyebabkan penyimpangan pada gerakan kutub bumi. Penyimpangan yang terus terjadi secara periodik itu akhirnya turut menggeser posisi kutub Bumi.
Sebagai informasi, pergerakan kutub Bumi sendiri sangat penting untuk mengetahui iklim di masa lalu dan yang akan datang. Selain itu, dapat digunakan untuk perhitungan GPS dan komunikasi satelit.
Oleh sebab itu, jika pergeseran kutub terus terjadi tidak menutup kemungkinan dapat terjadi masalah dalam penentuan posisi GPSÂ termasuk komunikasi satelit.
Jonathan Overpeck, profesor ilmu tanah dari University of Arizona menuturkan perubahan ini juga disebabkan oleh melelehnya lapisan es di Greenland. Hal itu yang kemudian mengakibatkan perubahan distribusi berat Bumi.
Sebuah penelitian dari ilmuwan NASA Eirk Irvins menemukan sejak 2003, Greenland rata-rata kehilangan sekitar 600 triliun pon es sepanjang tahun.
Di sisi lain, es di Antartika Timur naik sekitar 165 triliun pon setahun, sementara Antartika Barat kehilangan 275 triliun pon per tahun.
(Dam/Isk)