Liputan6.com, Jakarta - Oli bekas selama ini menjadi musuh bagi lingkungan. Namun seorang peneliti dari PT Dahana (Persero) Erwin Cipta Mulyana menjadikannya sebagai sesuatu benda yang memiliki nilai tambah.
Erwin "menyulap" oli bekas tersebut menjadi bahan peledak emulsi (bulk emulsion). Kini, bahan peledak emulsi ini dipakai perusahaan pertambangan umum seperti emas dan batu bara.
Ide pemakaian oli bekas sebagai bahan peledak bermula dari melimpahnya oli bekas di area pertambangan. Sebab, di sana banyak alat-alat berat yang beroperasi.
Baca Juga
Daripada menimbulkan masalah lingkungan dan pembuangan oli bekas pun perlu izin dengan biaya cukup mahal, limbah ini dimanfaatkan menjadi bahan peledak.
Meski menggunakan bahan berbahaya, seluruh proses pembuatan bahan peledak dari oli bekas ini telah mengikuti aturan yang dikeluarkan pemerintah.
"Oli bekas ini harus disaring untuk memenuhi spek ketentuan lingkungan dan SNI yang berlaku di Indonesia,” ujar Erwin seperti dikutip Tekno Liputan6.com dari Kumpulan 20 Karya Unggulan Teknologi Anak Bangsa yang dirilis Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi 2015, Minggu (29/5/2016).
Erwin mengatakan, dibandingkan bahan peledak ANFO (ammonium nitrat fuel oil), peledak emulsi dari oli bekas ini lebih bisa disesuaikan dengan karakterlokasi pertambangan.
Selain itu, bahan peledak emulsi memiliki kinerja konsisten baik di tanah basah maupun kering, serta sangat sensitif sekaligus tahan terhadap tekanan.
"Bahan peledak emulsi juga mampu meningkatkan produktivitas peledakan melalui kinerja yang tinggi, optimal, dan dapat mengurangi biaya akibat adanya secondary blasting," kata Erwin.
Penelitian Sejak 1998
Erwin lebih lanjut mengungkap, riset yang telah dilakukan sejak 1998 ini berhasil menemukan komposisi dan proses pembuatan emulsi curah tipe air dalam minyak yang dikembangkan lebih luas.
Awalnya ide emulsi curah ini berasal dari bagaimana agar bahan peledak yang dioperasikan di area tambang dalam kondisi basah masih memberikan energi tinggi dan fragmentasi batuan yang baik.
Kemudian, lahirlah peledak dari oli bekas yang memiliki paten dengan nama DABEX (Dahana Bulk Emulsion Matrix). Peledak ini dapat digunakan untuk daerah basah karena memiliki sifat tahan air. Setelah dikembangkan, varian dari DABEX pun bermacam-macam.
Disebutkan Erwin, sifat oli bekas maupun minyak bakar sama-sama hidrokarbon. Artinya, secara kimia tidak berubah, namun secara fisik mengalami perubahan. Sebagai sesama karbon, oli bekas dapat dijadikan sebagai pengganti solar pada campuran
ANFO dan emulsi.
Oli bekas memiliki sifat pengotor dan kekentalan cukup tinggi. Oleh karena itu, diperlukan pengencer berupa solar. Nah, setelah diuji rupanya hasil peledakan dengan campuran oli bekas ini tak begitu berbeda dengan menggunakan solar.
"Hasil peledakannya sempurna dengan membentuk gas CO2, H2O, dan N2, sehingga bisa meminimalisasi dampak lingkungan," tutur Erwin.
Tak hanya bermanfaat dari sisi lingkungan, dari sisi ekonomi penggunaan oli bekas juga memiliki banyak manfaat. Misalnya menciptakan kemandirian untuk menghasilkan produk berdaya saing, menghemat BBM jenis solar, dan menghemat biaya pengangkutan.
Adapun dari sisi sosial, PT DAHANA memiliki prinsip 3R yakni reduce, reuse, recycle dengan cara memanfaatkan kembali limbah B3 melalui inovasi produk.
Tak lupa, kehadiran bahan peledak dari oli bekas ini memberikan lebih banyak pilihan kepada konsumen dengan diferensiasi produk. Dengan berbagai manfaat dan kelebihan, hasil riset Erwin ini berhasil diaplikasikan di salah satu lokasi besar PT DAHANA pada 2013.
(Tin/Why)
Advertisement