Menristekdikti Ungkap Alasan Hakteknas ke-21 Digelar di Solo

Dalam kunjungannya ke EMTEK Group, Menristekdikti Mohamad Nasir menjelaskan mengapa Kota Solo dipilih menjadi tuan rumah Hakteknas ke-21.

oleh M Hidayat diperbarui 22 Jul 2016, 10:42 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2016, 10:42 WIB
20160721-Menristek Dikti Mohamad Nasir-M Nasir-Jakarta- Herman Zakharia
Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristek Dikti) Mohamad Nasir saat melakukan kunjungan ke Liputan6.com, Jakarta, Kamis (21/7). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Diwartakan sebelumnya, Kota Solo menjadi tuan rumah bagi peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-21 yang diselenggarakan pada Agustus mendatang.

Dalam kunjungannya ke EMTEK Group, Kamis (21/7/2016), Menristekdikti Mohamad Nasir menjelaskan mengapa Kota Solo, Jawa Tengah, dipilih menjadi tuan rumah.

"Selama ini Hari Kebangkitan Teknologi Nasional hampir selalu diselenggarakan di Jakarta. Memang pernah di Bandung, tapi kembali lagi ke Jakarta. Nah, sekarang saya melihat inovasi-inovasi daerah itu apa yang memungkinkan (untuk diangkat, red)? Ternyata di Solo ada Techno Park yang saya anggap tergolong sukses," ujar pria yang mengantongi gelar doktor dari Universiti Sains Malaysia tersebut.

Techno Park itu, kata Nasir, merupakan pengembangan ekonomi berbasis teknologi. Oleh sebab itu, pihaknya menggelar peringatan Hakteknas ke-21 di Solo.

Ia kemudian memaparkan dua contoh inovasi karya anak bangsa yang akan dipamerkan di Hakteknas.

"Yang akan kami pamerkan ada dari berbagai bidang. Untuk (bidang, red) kesehatan mungkin (salah satunya, red) stand ring jantung," tutur Nasir.

Ia menjelaskan, ring jantung yang digunakan biasanya barang impor, dengan harga sekitar US$ 600 per unit. "(Ring jantung, red) yang dikembangkan peneliti Indonesia hanya sekitar US$ 150. Berarti hanya 25 persen (harganya, red). Kualitasnya sama baiknya dan ini bisa kita kembangkan di Indonesia," kata Nasir bersemangat.


Kemudian beralih ke bidang transportasi, ia bercerita soal pesawat N-219. Menurut keterangannya, saat ini pesawat N-219 tinggal menunggu sertifikasi sayap dan roda pendaratan.

"Kalau sertifikasinya sudah selesai, akhir 2016 akan ada uji terbang. Uji terbang ini dilakukan lima hingga sepuluh kali," ujar Nasir.

Setelah berhasil uji terbang, pesawat N-219 bisa masuk ke proses produksi. Bila ini terjadi, menurut Nasir, tahun ini merupakan tahun kebangkitan kedirgantaraan Indonesia.

(Why/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya