Liputan6.com, Keputusan Samsung untuk menghentikan produksi Galaxy Note 7 ternyata sudah lama disarankan oleh banyak analis. Hal itu dilakukan mengingat produk tersebut masih mengalami masalah.
Bahkan, tak sedikit yang menyarankan agar perusahaan asal Korea Selatan itu segera beranjak dan fokus ke produk selanjutnya, yakni Galaxy S8. Salah satunya diutarakan oleh analis dari Macquarie.
Menurutnya, Samsung telah menghilangkan kesempatan penjualan dengan banyaknya masalah di Galaxy Note 7. Padahal, dalam jangka waktu tersebut menjadi kesempatan penting bagi perusahaan untuk mendulang penjualan.
Baca Juga
"Ini saatnya bagi manajemen untuk menyerah pada Galaxy Note 7. Banyaknya masalah membuat perangkat itu kelihatannya sudah mulai kehilangan kepercayaan dari pelanggan," ujar analis tersebut seperti dikutip dari laman Business Insider, Rabu (12/10/2016).
Hal senada juga diutarakan oleh Managing Director of Charter Equity Research Edward Snyder. Ia berpendapat ketika masalah Galaxy Note 7 diselesaikan, perusahaan harus segera mengurus kelengkapan untuk peluncuran Galaxy S8.
"Nama merek Note 7 mungkin harus segera dimatikan. Sebab, ketika mereka (Samsung) menyelesaikan masalahnya, mereka harus melengkapi persyaratan lain. Ketika itu selesai, Samsung harus segera mempersiapkan peluncuran Galaxy S8," tuturnya.
Belum dapat dipastikan berapa kerugian yang diderita perusahaan itu pascapenarikan kembali dan menghentikan penjualan Galaxy Note 7 secara global.
Namun, menurut analis di Credit Suisse setidaknya Samsung mengeluarkan biaya hingga US$ 17 miliar (Rp 221 triliun). Jumlah itu belum termasuk dampak merek Samsung yang dirugikan secara keseluruhan.
Sebagai informasi, Samsung akhirnya memutuskan untuk menghentikan penjualan Galaxy Note 7 secara global. Perusahaan itu juga merekomendasikan semua pengguna smartphone itu mengembalikan ponselnya, dan memastikan tak ada produksi lagi.
(Dam/Cas)