Mark Zuckerberg Ungkap Rahasia di Balik Pembelian Oculus

Dalam persidangan kasus Oculus, Zuckerberg mengungkap fakta pembelian perusahaan virtual reality itu oleh Facebook.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 18 Jan 2017, 21:00 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2017, 21:00 WIB
Mark Zuckerberg
Mark Zuckerberg, Founder sekaligus CEO Facebook, banyak disalahkan sebagian pihak karena membiarkan penggunanya membagikan tautan berita hoax di Facebook. (Doc: Wired)

Liputan6.com, California - Gugatan hukum pada Oculus yang kini dimiliki Facebook memasuki babak baru. Pada persidangan terakhir, CEO Facebook Mark Zuckerberg yang ikut bersaksi mengungkapkan fakta baru.

Zuckerberg menyebut, nilai akusisi yang digelontorkan Facebook ternyata lebih besar dari laporan selama ini. Dikutip dari CNET, Rabu (18/1/2017), total uang yang dikeluarkan raksasa media sosial itu untuk membeli Oculus mencapai US$ 3 miliar.

Jumlah itu jauh lebih besar US$ 1 miliar dari pengumuman resmi Facebook saat membeli Oculus pada 2014. Selisih itu ternyata digunakan untuk retensi bonus sebesar US$ 700 dan US$ 300 untuk insentif potensial.

Selama kesaksian tersebut, suami dari Priscillia Chan itu juga menuturkan klaim ZeniMax (salah satu pengembang gim asal Amerika Serikat yang menggugat Facebook) tak berdasar. Bahkan ia menyebut gugatan itu sebagai cara Zenimax mendapat banyak uang, terlebih ia tak pernah mendengar nama perusahaan itu sebelumnya.

Setelah sidang, baik Facebook dan Zenimax sendiri tak memberikan komentar apapun. Namun, tim hukum Facebook tak pernah mendiskusikan permasalah ini dengan Zuckerberg karena gugatan itu dianggap tak kredibel.

Sebagai informasi, inti dari gugatan ini dilayangkan pada peran CTO Oculus John Carmack, yang sebelumnya pernah menjalankan perusahaan bernama id Software. Bersama id Software, Carmack sempat bekerja dengan Zenimax untuk menggarap gim Doom dan Quake.

Setelah itu, Carmack bersama lima karyawannya 'dibajak' untuk bergabung dengan Oculus. Kepindahan itu diklaim menjadi celah Oculus mendapatkan informasi rahasia Zenimax yang kemudian diterapkan dalam perangkat lunak virtual reality (VR) besutannya.

(Dam/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya