Virtual Reality Mampu Bantu Perawatan Vertigo

Psikolog di Cardiff University menemukan teknologi virtual reality ternyata dapat digunakan untuk mendiagnosis dan menangani vertigo.

oleh M Hidayat diperbarui 30 Jan 2017, 18:30 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2017, 18:30 WIB
Virtual Reality Headset (VR Headset)
Virtual Reality Headset (VR Headset). (Liputan6.com/M Wahyu Hidayat)

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi virtual reality ternyata dapat digunakan untuk mendiagnosis dan menangani penyakit vertigo. Hal itu diungkap oleh tim psikolog di Cardiff University.

Tim psikolog tersebut, sebagaimana dirangkum dari BBC, Senin (30/1/2017), tengah mengembangkan lingkungan virtual untuk membantu proses diagnosis dan rehabilitasi vertigo. Mereka percaya, pendekatan dengan menggunakan virtual reality punya potensi besar.

Georgina Powell dari School of Psychology di Cardiff University mengatakan, "Saat ini memang belum diketahui apa penyebab vertigo sebenarnya. Selain itu memang belum ada terapi rehabilitasi efektif untuk penyakit ini, sehingga tujuan proyek ini adalah mencoba dan memahami apa penyebabnya dan seperti apa terapi rehabilitasinya."

Ia mengatakan, vertigo juga bisa melemahkan orang yang mengidapnya.

"Ini bisa berarti bahwa pasien tidak bisa meninggalkan rumah mereka karena mereka merasa sangat sakit dan mual setiap kali berjalan-jalan di lingkungan visual mereka," ujar Georgina menegaskan.

Tim psikolog ini mengatakan, salah satu observasi paling kontras yang telah mereka lakukan mengenai pengidap vertigo adalah beragam hal yang memicu gejala penyakit ini.

"Semua pasien sangat berbeda satu sama lain. Beberapa lingkungan mungkin memicu gejala (vertigo) bagi beberapa pasien, sedangkan sebagian lingkungan lainnya juga mungkin jadi pemicu gejala (vertigo) bagi sejumlah orang lainnya," kata Georgina.

"Jadi, dengan menggunakan virtual reality, kami dapat memiliki fleksibilitas yang luas atas berbagai jenis lingkungan, yang dapat kami tunjukkan kepada pasien. Dengan demikian, kami dapat mengetahui apa pemicu masing-masing gejala dan kemudian menyesuaikan terapi rehabilitasi tertentu," pungkas Georgina.

(Why/Isk)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya