Mengupas Eurofighter Typhoon, Salah Satu Kebohongan Dwi Hartanto

Eurofighter Typhoon merupakan salah satu pesawat tempur yang dikembangkan empat negara Eropa bersama sejumlah perusahaan.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 10 Okt 2017, 18:30 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2017, 18:30 WIB
Eurofighter Typhoon
Eurofighter Typhoon (sumber: eurofighter typhoon)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa hari terakhir, publik Tanah Air dihebohkan dengan kebohongan yang terungkap dari salah seorang ilmuwan Indonesia bernama Dwi Hartanto. Sebelumnya, ia sempat mengatakan telah mengikuti kompetisi kerdigantaraan bergengsi di Jerman pada Juni 2017.

Pada saat itu, ia mengaku berhasil memenangi kontes yang diikuti oleh ESA (Eropa), NASA (AS), DLR (Jerman), ESTEC (Belanda), JAXA (Jepang), UKSA (Inggris), CSA (Kanada), KARI (Korea), AEB (Brazil), INTA (Spanyol), dan negara-negara maju lainnya.

Ia menang setelah mengusung riset berjudul 'Lethal weapon in the sky'. Dwi menuturkan, dirinya bersama tim juga diminta untuk membantu mengembangkan pesawat tempur EuroTyphoon di Airbus Space and Defence menjadi EuroTyphoon NG (Next Generation).

Generasi terbaru ini diklaim memiliki kemampuan tempur lebih canggih dari generasi sebelumnya. Namun seluruh informasi tersebut ternyata hanyalah kebohongan.

Kendati demikian, tak ada salahnya sedikit mengupas soal pesawat tempur hasil kerja sama empat negara dari benua Eropa (Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol) ini. Selain itu, bergabung pula sejumlah perusahaan dirgantara kenamaan dari masing-masing negara.

Eurofighter Typhoon dikenal sebagai salah satu pesawat dengan tipe swing-role generasi terbaru untuk pertarungan di udara dan terbilang sukses menarik perhatian sejumlah negara untuk memakainya.

3.000 Jam Terbang

Beberapa negara yang mempersenjatai angkatan perangnya dengan pesawat ini adalah Jerman, Italia, Spanyol, Inggris, Austria, dan Arab Saudi. Misi pertama pesawat ini dilakukan di Libya pada Maret 2011 dalam operasi Odyssey Dawn dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dalam misi itu, pesawat yang digunakan oleh Royal Air Force (Inggris) ini membawa bom Enchanced Paveway dan mencapai 3.000 jam terbang. Pesawat itu juga ikut melakukan peninjauan selama enam bulan dalam Operation Ellamy.

Sebagai informasi, pesawat ini juga dirancang untuk dapat ditingkatkan dan diperluas sehingga bisa digunakan selama puluhan tahun.

Tak hanya itu, pesawat ini juga menggabungkan material terbaik dengan sensor terbaru, sistem kontrol dan senjata yang mampu meningkatkan kemampuan pertarungan, termasuk dalam pertarungan jarak dekat.

(Dam/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya