Tren Big Data Semakin Masif, Apa Manfaatnya Bagi Indonesia?

Pakar Komang Budi Aryasa, mengungkap big data akan menjadi tren yang mendunia. Apa manfaatnya sendiri bagi industri teknologi di Tanah Air?

oleh Jeko I. R. diperbarui 29 Jan 2018, 08:00 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2018, 08:00 WIB
Big Data
Ilustrasi (ist.)

Liputan6.com, Jakarta - Big data mungkin adalah istilah yang belum bisa diterima semua orang secara familiar. Padahal, peran big data sendiri digadang-gadang bakal menjadi salah satu fondasi penting bagi industri teknologi dunia, tak terkecuali di Indonesia.

Lalu, bagaimana dengan perkembangan big data di Tanah Air? Seperti apa arah tren big data di dunia teknologi Indonesia?

Semua pertanyaan tersebut memang masih mengambang. Namun, di mata pakar big data Komang Budi Aryasa, arah big data di Indonesia sudah memiliki pola yang sudah jelas.

Sebelum kita lanjut menyimak seperti apa tren big data di Indonesia, ada baiknya meninjau ulang arti dari big data itu sendiri.

Dijelaskan Komang, secara harafiah big data adalah data besar. Sebelum ada istilah big data, dulu masyarakat justru bekerja dengan data-data yang sifatnya data yang terstruktur dengan rapi--ditabulasi. Cukup mudah bagi mereka untuk mengolah dan mengenali data karena masih berupa tabel-tabel.

Kendati demikian, sejak ada internet, banyak sekali data yang sifatnya tidak terstruktur, contohnya seperti data orang yang mengirim teks di media sosial atau juga data dari platform berita online. 

"Kita ingin menggali apa saja informasi yang ada di dalamnya, apa yang menjadi pembicaraan orang. Data-data seperti itu namanya data tidak terstruktur, perlu cara khusus untuk mengolah data itu, karena ingin menemukan satu informasi di dalamnya," kata pria yang menjabat sebagai Head of Research & Big Data Telkom Indonesia ini kepada Tekno Liputan6.com dalam sebuah wawancara khusus beberapa waktu lalu.

Komang menekankan, pangkal dari pengolahan data adalah untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. Dalam buku Komang berjudul "Rahasia Big Data", ia merujuk bahwa pengambilan keputusan selalu didasarkan dengan intuisi.

"Sekarang ini banyak manajer-manajer baru yang tidak punya pengalaman dalam pengambilan keputusan. Maka mereka harus dibekali dengan data. Sehingga ini menjadi tools untuk mengambil keputusan, ada satu frase "Data Oriented Decision Making" di dalam buku saya, itulah fungsi big data pada akhirnya," ucap pria berkacamata ini.

"Nah, tadi ada data yang terstruktur dan tidak, jika ini digabung dua-duanya akan menimbulkan volume data yang sangat tinggi. Bayangkan, setiap hari orang chatting, setiap hari posting sesuatu di medsos, informasi berseliweran di internet, itu menimbulkan volume data yang sangat besar," lanjutnya menerangkan.

 

Tiga Komponen

Telkom
Head of Research & Big Data Telkom Indonesia, Komang Budi Aryasa. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

Komang juga mengungkap, big data harus memiliki tiga komponen yang terdiri dari Volume, Velocity, dan Variety.

Dengan ketiga komponen ini, sewajarnya big data memiliki volume yang besar, kecepatan data yang tinggi, dan ketersediaan jenis data yang bermacam-macam.

Adapun komponen tambahan yang sering ditambahkan oleh para praktisi, konsultan adalah Value.

Komang menekankan, kalau data diolah, wajib hukumnya harus mencari "value". Karena pada akhirnya, nilai yang ditemukan dari data kelak bisa dimonetisasi atau dimanfaatkan untuk keperluan lain.

 

Aset Penting

Big Data
Big Data

Beranjak ke tren big data di Indonesia, Komang menilai tingkat maturity big data di Indonesia masih pada taraf awal. Banyak orang masih ingin mencari sesuatu dari data, tetapi masih pada level yang standar.

Dan untuk ke depannya, tren pemanfaatan big data di Indonesia ia pastikan akan semakin masif. Pasalnya, data akan menjadi aset penting perusahaan. Poin inilah yang akan menjadi manfaat besar bagi negara Indonesia, khususnya pada sektor ekonomi digital.

Adapun perkembangan big data di Telkom sendiri terbilang agresif, wajar saja mengingat Telkom merupakan salah satu perusahaan yang cukup getol dengan big data.

Komang mengatakan, pada tahun ini Telkom sudah mengembangkan 27 Use Cases Big Data. Sementara, Use Case API (Application Program Interface) jumlahnya ada enam. 

"Beberapa Use Case itu tentang bagaimana kita me-monetise data ini sehingga bisa dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan besar lain," tambahnya menjelaskan.

Ambil contoh Use Case, ada dua jenis, yakni keperluan internal dan eksternal. Untuk internal, Komang menyampaikan Use Case soal bagaimana cara untuk bisa mengurangi tingkat atau jumlah pelanggan--pelanggan yang akan berhenti berlangganan. 

Pada tahap Use Case ini, pihaknya menggunakan satu predictive modelling. Jadi, mereka bisa memprediksi apakah pelanggan akan berhenti bulan depan. Detailnya, prediksi diambil dari variabel-variabel pelanggan yang bersangkutan dengan menggunakan data pelanggan selama 12 bulan ke belakang untuk melihat pola. 

Adapun Use Case eksternal lebih cara melakukan pencarian pendapatan (sumber income) baru. "Pada tahap ini kita memiliki pelanggan-pelanggan corporate, seperti kita sekarang juga men-deliver jasa ini ke banking, insurance, government, beberapa sudah menggunakan jasa kita," imbuhnya.

Data Scientist

[Bintang] 2 Karier di Bidang Teknologi yang Bakal Bikin Kamu Jadi Kaya
Data Scientist | via: analyticsbodhi.com

Komang juga mengungkap ada beberapa tantangan untuk mengembangkan big data sebagai tren besar di Indonesia, salah satunya adalah ketersediaan sumber daya.

Sampai saat ini, banyak pihak masih mencari kandidat yang bisa memiliki kapabilitas untuk mengolah data. 

"Dulu kita sangat banyak merekrut orang-orang yang base-nya IT. Nah, sekarang menjadi lebih diperkaya, kita butuh orang-orang yang background-nya berasal dari Statistik dan Matematika untuk menjadi Data Scientist. Sekarang, Telkom merekrut orang-orang itu untuk membuat data modelling. Mereka dibekali dengan tiga kompetisi untuk menjadi Data Scientist, tidak cuma IT, tetapi juga skill statistik dan bisnis," papar pria lulusan Doktor Universitas Indonesia tersebut.

Tak cukup sampai di situ, seorang Data Scientist dinilai Komang juga harus lihai melakukan metode Story Telling. Maksudnya, mereka harus mampu menceritakan hasil dari pengolahan data. 

 "Kadang-kadang ada orang yang hasil pengolahan data bagus tapi menceritakannya tidak bagus, itu bisa menjadi salah persepsi bagi user. Sehingga menceritakan data itu harus mampu dan harus menguasai tiga skill itu. Kita sekarang membangun kapabilitas itu di Telkom," tukasnya.

 

Telkom xsight

Telkom
Telkom Xsight. (Foto: Telkom)

Untuk mewadahi lonjakan big data, Telkom sendiri memiliki platform khusus bernama xsight. Seiring dengan bertambahnya Use Case baik Big Data dan API, banyak pihak membutuhkan Digital Touchpoint. 

Komang juga menjelaskan definisi harfiah dari API (Application Programming Interface) yang juga berkesinambungan dengan big data. Menurutnya, API adalah program yang dapat dimanfaatkan kembali oleh para developer aplikasi dalam membuat produk atau berinovasi.

Penggunaan API juga diklaim sangat aman karena data yang diolah sudah 'dibungkus' rapi menjadi suatu paket sehingga lebih aman dan cepat untuk dimanfaatkan.

Di sinilah Telkom memutuskan untuk membangun portal digital sebagai entry point bagi para developer yang ingin memanfaatkan big data yang telah dikemas dalam API, platform khusus bagi para developer untuk mencari API-API mana saja yang dibutuhkan untuk membangun bisnis mereka.

 "Kita biasanya posting API di dalam website, kalau di Telkom ya disimpan di xsight. Sehingga para pelaku startup dan orang-orang yang membutuhkan tinggal ambil dari sana," tandas Komang.

"Di samping itu mereka juga bisa menemukan analytic apa saja yang sudah bisa dilakukan dan dimanfaatkan untuk bisnis mereka. Bisa dibilang, ini menjadi tempat mereka agar bisa berkreasi, membangun sesuatu yang API-nya berasal dari Telkom," tambahnya. 

xsight sendiri memiliki visi untuk merangkul para pelaku startup atau developer untuk menjalankan bisnis mereka dengan cara yang berbeda, dan juga menemukan insight atau value baru. 

"Kita ingin menjadi Digital Touchpoint terbesar bagi para developer dan pelaku startup. Apapun kapabilitas yang dibutuhkan sama mereka, itu ada di sana. Mereka juga bisa berkomunikasi lewat Digital Touchpoint itu. Jadi, kita harapkan developer lokal bisa bergabung, memanfaatkannya dan memberikan feedback di portal ini," pungkas Komang.

Terkait target, dirinya mengharapkan semakin banyak pelaku startup dan developer bergabung, semakin baik. Apalagi, pemerintah lewat Kemkominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika) juga menggalakkan program gerakan nasional 1.000 startup. Jadi, ia menargetkan setidaknya 30 persen pelaku startup dan developer bergabung ke xsight.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya