CEO Google Buka Suara soal Mesin Pencari Khusus Tiongkok

CEO Google mengakui perusahaan sedang menyiapkan mesin pencari tersebut, tapi masih dalam tahap awal pengembangan.

oleh Andina Librianty diperbarui 17 Okt 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2018, 12:00 WIB
Google
Kantor pusat Google di Mountain View. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

Liputan6.com, Jakarta - CEO Google, Sundar Pichai, akhirnya buka suara soal mesin pencari khusus Tiongkok. Ia membenarkan Google sedang menyiapkan mesin pencari tersebut, tapi masih dalam tahap awal pengembangan, sehingga belum dapat dipastikan akan bisa dirilis atau tidak.

Dikutip dari BBC, Rabu (17/10/2018), Pichai menyampaikan hal tersebut dalam sebuah konferensi di San Francisco, Amerika Serikat (AS). Menurut dia, Google memang berencana menghadirkan mesin pencari itu, tapi masih dalam tahap eksplorasi.

"Kami ingin mempelajari bagaimana jika Google ada di Tiongkok, jadi itulah yang kami buat di internal. Ini masih sangat awal, kami tidak tahu apakah akan atau bisa melakukannya di Tiongkok, tapi kami merasa ini penting untuk dijajaki," ungkap Pichai.

Rencana ini, katanya, dirasa penting dilakukan mengingat pentingnya pasar Tiongkok dan jumlah konsumen yang banyak di negara tersebut.

Berdasarkan pengujian internal, Pichai mengatakan Google mampu melayani lebih dari 99 persen pertanyaan yang diajukan di mesin pencari tersebut.

Tiongkok merupakan salah satu pasar terbesar di dunia, mengingat besarnya jumlah penduduk. Namun, bisnis Google belum begitu optimal karena absennya layanan Search di negara tersebut.

Google menarik layanan mesin pencarinya delapan tahun lalu sebagai bentuk protes terhadap regulasi sensor dan dugaan peretasan yang dilakukan pemerintah setempat.

Konten yang Direstui Pemerintah

Googleplex
Bulding 43, kantor pusat Google pertama yang didirikan di Mountain View. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

Mesin pencari khusus Tiongkok dilaporkan akan sangat berbeda dengan negara-negara lain. Pasalnya, semua konten yang ada di dalamnya "diatur" oleh pemerintah, sehingga diduga tidak akan ada situs web tertentu, serta istilah pencarian yang berkaitan dengan hak asasi manusia dan agama.

Keberadaan mesin pencari ini disebut memicu kemarahan para karyawan Google. Mereka merasa seperti sedang membuat teknologi yang akan membantu Tiongkok menekan kebebasan berekspresi. Mesin pencari bernama Dragonfly tersebut juga dikritik oleh pendukung hak asasi manusia.

Pada awal bulan ini, Wakil Presiden AS, Mike Pence, meminta Google untuk segera menghentikan pengembangan Dragonfly. Ia menyebut layanan semacam itu akan memperkuat regulasi sensor Partai Komunis dan membahayakan privasi konsumen Tiongkok.

(Din/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya