Liputan6.com, Jakarta - Selama beberapa tahun belakangan, Twitter kesulitan meraup keuntungan besar meski statusnya sebagai salah satu media sosial populer dunia. Namun perusahaan mulai menunjukkan pertumbuhan baik yang berdampak positif pada buku keuangannya.
Dikutip dari Phone Arena, Senin (29/10/2018), Twitter menyampaikan laporan keuangannya untuk periode kuartal III 2018. Perusahaan membukukan pendapatan sebesar US$ 758 juta, lebih tinggi daripada prediksi analis.
Advertisement
Baca Juga
Pendapatan perusahaan ternyata juga jauh lebih dibandingkan kuartal II 2018, dengan pertumbuhan 29 persen. Pendorong utama pertumbuhan ini adalah iklan. Twitter disebut mulai menemukan formula baru yang berdampak baik pada pendapatannya.
Situs microblogging itu pun terus berusaha menumbuhkan bisnisnya. "Kami melihat banyak peluang dan potensi," tutur CFO Twitter, Ned Segal.
Terkait pengguna, Twitter mengalami penurunan pengguna dalam selama beberapa bulan terakhir mulai dari awal tahun ini. Hal ini juga diperkirakan juga terjadi pada kuartal III 2018.
Penurunan tersebut bukan karena pengguna meninggalkan layanan tersebut, melainkan Twitter sendiri yang membersihkan akun-akun palsu dan yang dikontrol oleh bot. Alhasil, jumlah pengguna pun berkurang.
Kendati jumlah pengguna menurun, tindakan Twitter tersebut mendapatkan respon positif. Setidaknya para investor berpikir tindakan itu membuat perusahaan menjadi lebih baik, ketimbang hanya berusaha menumbuhkan jumlah pengguna setiap kuartal.
Dua Bulan, Twitter Tangguhkan 70 Juta Akun
Twitter menunjukkan komitmennya melawan akun mencurigakan dan palsu. Berdasarkan data yang dirangkum The Washington Post dalam laporannya Juli lalu, Twitter telah menangguhkan lebih dari satu juta akun setiap hari dalam dua bulan terakhir.
Total akun yang ditangguhkan oleh Twitter dalam periode Mei dan Juni 2018 sudah lebih dari 70 juta. Berdasarkan konfirmasi dari Twitter, tingkat penangguhan akun meningkat lebih dari dua kali lipat sejak Oktober 2017.
Pada tahun lalu, Twitter mendapatkan tekanan dari kongres tentang bagaimana Rusia mengunakan akun palsu untuk mencampuri Pilpres AS.
Tak berhenti sampai Juni 2018, Twitter pun terus melanjutkan langkahnya tersebut. Menurut seorang sumber, pemblokiran agresif akun tersebut kemungkinan telah mengakibatkan penurunan jumlah pengguna bulanan pada kuartal II tahun ini.
Twitter menolak berkomentar tentang kemungkinan penurunan basis penggunanya.
Lebih lanjut, Vice President for Trust and Safety Twitter, Del Harvey, mengatakan dalam sebuah wawancara, bahwa perusahaan mengubah proses antara mempromosikan wacana publik dan menjaga keamanan. Ia menambahkan, Twitter baru-baru ini mampu mendedikasikan sumber daya dan mengembangkan kemampuan teknis untuk mengetahui perilaku mencurigakan.
"Salah satu pergeseran terbesar adalah bagaimana kami berpikir tentang menyeimbangkan kebebasan berekspresi dengan kebebasan berekspresi untuk 'mendinginkan' pernyataan orang lain. Kebebasan berekspresi tidak terlalu berarti jika membuat orang-orang merasa tidak aman," ungkap Harvey.
Adapun Twitter pada akhir tahun lalu tercatat memiliki 330 juta pengguna aktif bulanan.
(Din/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement