Mengerikan, Foto dan Video Pornografi Anak Marak Dibagikan di WhatsApp

Konten bermuatan pornografi anak rupanya marak dibagikan melalui aplikasi pesan WhatsApp di grup obrolan.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 23 Des 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 23 Des 2018, 13:00 WIB
Ilustrasi Pelecehan Seksual Anak
Ilustrasi kekerasan pada anak. Sumber: Istimewa

Liputan6.com, Jakarta - Konten bermuatan pornografi anak, rupanya marak dibagikan melalui aplikasi pesan WhatsApp di grup obrolan.

Menurut laporan Financial Times, kondisi ini masih terus terjadi meskipun para peneliti telah melaporkannya ke perusahaan.

Mengutip laman Business Insider, Minggu (23/12/2018), peneliti Israel kepada Financial Times berbagi soal temuannya, yakni konten pelecehan anak dalam jumlah masif di banyak grup obrolan.

Kemudian, para peneliti sudah mencoba melaporkan temuan itu ke Facebook selaku perusahaan yang menaungi WhatsApp pada bulan September lalu.

Namun rupanya, beberapa dari grup-grup obrolan itu masih aktif membagikan konten pornografi anak.

"Ini adalah sebuah bencana, konten-konten semacam ini dulu kebanyakan ditemukan di darknet, namun kini mudah ditemukan di WhatsApp," kata salah satu peneliti.

Konten ilegal itu ditemukan dalam bentuk video dan gambar di sejumlah grup.

Peneliti menyebut, konten-konten ilegal yang dimaksud begitu mudah ditemukan, bahkan orang luar bisa dengan mudah bergabung di dalam salah satu grup obrolan tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Terang-Terangan Sebutkan Pornografi Anak

WhatsApp
Ilustrasi WhatsApp (iStockPhoto)

Kepada Financial Times, WhatsApp mengklaim pihaknya punya teknik-teknik untuk memindai pengguna dan grup terkait dengan konten ilagal. Bahkan menurut pihak WhatsApp, per harinya, ribuan akun telah diblokir dari platform.

Kendati demikian, para peneliti ini menyebut, sejumlah grup yang mereka pantau terang-terangan menggunakan nama "cp" yang berarti child porn alias ponografi anak dengan gambar yang eksplisit.

WhatsApp sendiri telah menerapkan enkripsi end-to-end sejak 2016. Fitur enkripsi ini menghadirkan sejumlah lapisan keamanan yang melindungi privasi pengguna dari kemungkinan ancaman siber atau pengawasan pemerintah.

Meski begitu, adanya enkripsi ini membuat pihak WhatsApp sendiri dan penegak hukum tak bisa melihat isi pesan, termasuk jika di dalamnya terdapat konten ilagal atau menyalahi aturan.

Dengan kata lain, tool deteksi yang dipakai Facebook untuk memonitor platform-nya, tak bisa dipakai untuk memonitor WhatsApp.

Pihak pemerintah dan kepolisian sendiri telah lama mengkritik aplikasi dan perangkat keras yang menerapkan enkripsi kuat. Pasalnya hal ini berpotensi menyulitkan proses investigasi.


Masalah Moderasi

WhatsApp
Ilustrasi WhatsApp (iStockPhoto)

Facebook menyatakan, pihaknya memiliki ribuan moderator konten di dunia. Sementara, WhatsApp cuma punya 300 karyawan untuk memonitor 1,5 miliar penggunanya yang tersebar di seluruh dunia.

Tahun ini, WhatsApp juga dikecam karena maraknya hoaks dan berita misinformasi yang jauh dari kebenerannya.

Di India misalnya, pembunuhan terhadap 31 orang, tahun ini ditengarai disebabkan karena rumor dan video palsu viral yang beredar di WhatsApp.

Sementara itu, di Brasil, platform obrolan ini juga digunakan untuk menyebarkan kabar misinformasi serta informasi yang tak benar kebenarannya, terkait dengan kondisi politik negara tersebut.

WhatsApp pun bukan satu-satunya platform jejaring sosial yang dianggap tak mampu mengurusi konten pornografi di platform-nya.

Sebelumnya, Tumblr sempat dihapus dari Apple Store selama sebulan karena adanya konten pornografi di dalamnya.

(Tin/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya