Liputan6.com, Jakarta - Eropa berencana untuk menjalankan misi mandirinya terbang ke Bulan.
Badan Antariksa Eropa (ESA) mengungkap rencana misi tersebut dengan mengawali penambangan regolith alias batu Bulan.
Advertisement
Baca Juga
Menurut informasi yang dilansir laman Geek pada Kamis (24/1/2019), ESA juga sudah menandatangani kontrak 12 bulan dengan perusahaan produsen roket, ArianeGroup, untuk meluncurkan pesawat luar angkasa tak berawak ke Bulan.
Pesawat luar angkasa ini dikabarkan akan diterbangkan ke Bulan mulai 2025.
"Regolith adalah kandungan bijih yang mampu mengekstrak air dan oksigen yang diperlukan manusia," ujar ArianeGroup.
Nanti, ArianeGroup akan menerbangkan roketnya, Ariane 64, untuk membawa peralatan dan rover ke Bulan.
"Eksplorasi sumber daya luar angkasa seperti Bulan adalah kunci kami untuk mencari apakah Bulan memang bisa dihuni. Misi inijuga merupakan rencana komprehensif ESA untuk membuat Eropa menjadi mitra eksplorasi antariksa global di dekade berikutnya," kata David Parker, direktur divisi Human and Robotic Exploration ESA.
Dalam misi ini juga, ArianeGroup bersama dengan Arianespace, akan bekerjasama dengan startup asal Jerman, PTScientists.
Mereka akan menyediakan beberapa wahana dan fasilitas untuk membantu eksplorasi penambangan di Bulan.
Jepang Gandeng NASA Bangun Stasiun Luar Angkasa di Bulan
Selain Eropa, Badan Antariksa Jepang (JAXA) dikabarkan tengah memasuki tahap negosiasi kerja sama dengan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) untuk sebuah proyek pembangunan stasiun luar angkasa baru di Bulan.
Rencananya, pembangunan stasiun ditujukan untuk mengirim astronot Jepang dan Amerika Serikat ke permukaan Bulan.
Upaya kerja sama ini diklaim JAXA sebagai salah satu langkah Jepang untuk selangkah lebih maju dalam bidang antariksa. Karena itu, JAXA memilih NASA sebagai salah satu Badan Antariksa negara maju untuk mengembangkan proyek ini.
Sebelumnya, Rusia juga memutuskan untuk bekerja sama dengan NASA dalam membangun stasiun luar angkasa baru.
Tujuannya sama seperti Jepang, ingin memajukan industri antariksa di negaranya. Rencananya, stasiun luar angkasa milik Negeri Beruang Merah tersebut akan rampung pada 2020.
Rencana kemitraan JAXA dan NASA sendiri sudah tertuang dalam laporan pemerintah dan proposal soal peta jalan kebijakan luar angkasa pemerintah Jepang yang sudah direvisi. Proposal dikirimkan ke Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Pengetahuan, dan Teknologi Jepang.
Jika tak ada kendala, proyek pembangunan stasiun Bulan akan berjalan pada akhir 2017. Demikian dikutip Asia Nikkei pada Minggu (10/12/2017).
Belum banyak informasi yang bisa diungkap dari proyek pembangunan stasiun Bulan milik JAXA ini. Hanya diketahui, dana yang akan digelontorkan pemerintah Jepang untuk membangun stasiun tersebut tentu akan sangat besar.
Advertisement
Kirim Manusia ke Bulan Pada 2030
Dengan dibangunnya stasiun Bulan, JAXA dengan demikian akan mengirim astronot ke Bulan pada 2030.
Mereka juga telah mengembangkan beragam teknologi yang akan dibutuhkan untuk misi ke bulan, dan persiapannya akan dimulai pada 2025.
Rincian misi ke bulan ini baru akan dibeberkan sebelum perhelatan International Space Exploration Forum di Jepang pada Maret 2018.
Rencana ini menandai pertama kalinya JAXA mengungkap misi pengiriman manusia ke bulan kepada publik. Namun, kabarnya misi ini merupakan salah satu upaya Jepang untuk menggali ilmu pengetahuan, termasuk biaya dan waktu yang diperlukan untuk mengirim manusia ke sana.
Tak hanya Jepang, Tiongkok juga mendeklarasikan misi pengiriman pesawat ulak-alik ke bulan pada 2020, dan manusia ke bulan dalam beberapa tahun ke depan. Selain itu, India juga punya rencana serupa pada pertengahan 2017.
(Jek/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: