Liputan6.com, Jakarta - NASA menginisiasi gagasan kolonisasi manusia ke planet Mars.
Kali ini, sekelompok ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut, berencana menciptakan dinding magnet raksasa untuk bisa membangun kembali lapisan atmosfer Planet Merah agar layak huni.
Advertisement
Baca Juga
Seperti diketahui, Mars merupakan planet yang permukaannya tandus dan memiliki atmosfer yang tipis.
Namun, peneliti percaya bahwa planet tersebut bisa 'direkayasa' dengan cara membangun dinding magnet di lapisan atmosfer. Mereka menyebutnya dengan nama “magnetosphere”.
Dinding magnet berfungsi untuk melindungi planet dari radiasi partikel solar dan kosmik.
Selain itu, ia juga berperan untuk menciptakan efek rumah kaca yang mampu menghasilkan cairan yang turun ke permukaan tanah planet.
Berdasarkan analisis peneliti, Mars sebetulnya sudah memiliki magnetosphere, namun menipis dan menghilang sejak tiga miliar tahun lalu.
“Atmosfer tebal yang ada di planet perlahan memudar karena diterpa badai matahari. akibatnya, kandungan air yang ada di atmofer menguap dan sisanya membeku,” kata seorang peneliti seperti dikutip Tekno Liputan6.com dari Mirror, Selasa (12/3/2019).
Dinding tersebut juga akan menciptakan dua 'kutub' yang nantinya akan menciptakan sirkuit elektrik yang dapat menghasilkan area magnet buatan.
Nanti, setelah bertahun-tahun Mars baru bisa membangun kembali lapisan atmosfernya secara perlahan.
Saat ini, rencana tersebut masih tertuang dalam proposal Planetary Science Vision 2050 Workshop.
Bisa jadi, rencana ini baru bisa diimplementasikan pada 2050 mendatang.
Peneliti Temukan Bakteri Asing di Gurun Mars
Seorang peneliti belum lama menemukan bakteri asing dari tanah yang digalinya di lingkungan mirip Mars, Gurun Atacama, di Chili.
Beberapa bakteri yang ditemukan peneliti bernama Zoe itu, bahkan belum tercatat oleh ilmu pengetahuan.
"Temuan ini penting karena sebagian besar ilmuwan sepakat bahwa setiap kehidupan di Mars menghindari kehidupan keras di mana radiasi tinggi, suhu rendah, dan kekurangan air membuat hidup terasa sulit," kata ahli biologi Yale-NUS College, Singapura, Stephen Pointing, seperti dikutip Dream dari Science Alert, Senin (11/3/2019).
Seperti diketahui, Mars lebih kering ketimbang bumi. Kondisi semacam itu mirip dengan Gurun Atacama.
Di gurun tersebut, hujan tidak turun selama beberapa dekade. Tapi pada tahun lalu, untuk pertama kalinya, kehidupan mikroba ditemukan tumbuh subur di permukaannya.
Permukaan Mars, seperti yang ditunjukkan Stephen, lebih keras ketimbang permukaan Gurun Atacama.
Tetapi ketika Zoe mengebor untuk mengambil inti sampel hingga kedalaman 80 sentimeter, dia menemukan mikroba bawah permukaan yang menunjukkan cara suatu mahluk bertahan hidup.
"Kami melihat bahwa semakin dalam tanah, ditemukan komunitas bakteri yang didominasi oleh bakteri yang dapat tumbuh subur di tanah yang sangat asin dan basa," ujar dia.
Advertisement
Semakin Dalam Semakin Unik
Stephen menyebut, sekelompok bakteri yang bertahan dengan metabolisme metana ditemukan di kedalaman 80 sentimeter.
"Ini sangat menarik karena menunjukkan bahwa di bawah permukaan Gurun Atacama mendukung mikroba yang sangat khusus yang dapat tumbuh subur di tanah seperti Mars," tambahnya.
Bakteri yang memetabolisasikan metana, katanya, adalah yang paling menarik.
Bakteri itu cukup jauh di bawah permukaan, dan memiliki kemampuan untuk menggunakan substrat yang dikenal berlimpah di Mars.
Rencananya, Zoe akan menggali lebih dalam contoh tanah di gurun tersebut. Zoe akan mengebor tanah hingga kedalaman 2 meter untuk mencari contoh bakteri.
Dari hasil temuan sementara ini, tim dari Yale-NUS juga juga menyusun ide tentang di mana untuk memulai pengeboran di Mars.
(Jek/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: