Kemristekdikti Kucurkan Rp 113 Miliar untuk Pendanaan Startup

Kemristekdikti tak cuma berperan sebagai akselerator saja, tetapi juga memberikan dana kepada mereka yang lolos.

oleh Jeko I. R. diperbarui 29 Mar 2019, 10:30 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2019, 10:30 WIB
Menristekdikti
Menristekdikti Mohamad Nasir saat bertemu dengan media di Jakarta, Kamis malam (25/3/2019). Liputan6.com/Jeko I.R.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), mengklaim telah mencetak sekitar 1.200 startup lokal untuk digembleng dan memasarkan produknya ke publik.

Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi Kemristekdikti Retno Sumekar, mengatakan kalau startup-startup ini diseleksi berdasarkan jenis layanan yang ditawarkan serta dampaknya untuk Tanah Air.

Tentunya, layanan yang dikembangkan harus berbasis riset, penelitian, dan inovasi yang komprehensif. 

Meski ada 1.200 startup yang disaring, 30 di antaranya yang diklaim berhasil dengan bisnis mereka.

Dalam tahap ini, ujar Retno, Kemristekdikti tak cuma berperan sebagai akselerator saja, tetapi juga memberikan dana kepada mereka yang lolos.

“Kita terakhir cuma bisa mendanai 300 startup. Kalau jumlah pendanaan, setiap tahun berbeda-beda, pada 2018 pendanaan kita untuk semua startup totalnya Rp 62 miliar, kalau tahun ini ditotal lagi jadi Rp 113 miliar,” ujar Retno kepada Tekno Liputan6.com di acara temu media bersama Kemristekdikti di Jakarta, Kamis malam (28/3/2019). 

Adapun masing-masing startup yang didanai Kemristekdikti, sambung Retno, mengantongi kucuran dana yang berbeda-beda.

“Ya (startup yang didanai) jumlahnya beda-beda lagi, tergantung teknologinya, kisaran pendanaannya mulai dari Rp 250 juta hingga Rp 500 juta,” ungkapnya.

Jalan Panjang Kemristekdikti Menyaring Startup

Menristekdikti  Mohamad Nasir bersama Co-Founder sekaligus CEO Tokopedia William Tanuwijaya di Kampus UI Depok, Kamis (28/3/2019). Liputan6.com/Agustin Setyo W
Menristekdikti Mohamad Nasir bersama Co-Founder sekaligus CEO Tokopedia William Tanuwijaya di Kampus UI Depok, Kamis (28/3/2019). Liputan6.com/Agustin Setyo W

Kemristekdikti tak butuh waktu singkat untuk menyaring lebih dari seribu startup agar bisa dibimbing. Seperti diungkapkan Menristekdikti Mohamad Nasir, ada 52 startup yang berhasil mereka saring pada 2015 lalu.

Kemudian pada 2016, jumlahnya meningkat hingga 312. 2017 naik menjadi 660 startup, lalu pada 2018 menjadi 950 startup, dan barulah pada 2019 menyentuh angka 1.200 startup.

Adapun proses seleksi startup dilakukan secara ketat dengan menyaring kalangan perguruan tinggi dan masyarakat. Setiap tahunnya, ada 800-1.000 kandidat yang menyerahkan proposal.

HAKI Temuan Terbaik

Ilustrasi Startup
Ilustrasi Startup. Kredit: Freepik

Kemristekdikti pun berupaya untuk meningkatkan performa kuantitas dan kualitas penemuan anak bangsa di masa depan dengan beberapa strategi.

Pertama, adalah meningkatkan pembangunan komunikasi proses teknis, riset, dan nilai komersialitas ke jejaring industri swasta nasional.

Selanjutnya, adalah mengikat temuan terbaik ke dalam pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) di mana kelak bakal membangun trust di kalangan penemu.

Adapun peningkatan minat dan proposal penemjan secara nyata juga tumbuh di beberapa tahun terakhir, di mana minat kalangan swasta semakin tinggi dan beberapa industri makanan, obat, dan lainnya mulai aktif memanfaatkan berbagai karya anak bangsa.

Dengan demikian, bukan tidak mungkin beberapa waktu ke depan kalangan investor luar negeri akan mulai masuk dan membiayai pengembangannya.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya