Di Merkurius, Kamu Tak Bakal Bisa Lihat Matahari Terbenam

Merkurius tak memiliki atmosfer sehingga akan melihat Matahari menghilang ketika suhu mulai mencapai 427 derajat Celcius hingga minus 173 derajat Celcius

oleh Jeko I. R. diperbarui 08 Mei 2019, 04:00 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2019, 04:00 WIB
Planet Merkurius
Planet Merkurius Akan Transit di Matahari

Liputan6.com, Jakarta - Bumi dan Mars merupakan satu-satunya lokasi di Tata Surya yang bisamengamati Matahari terbenam.

Menariknya, Merkurius tidak bisa mengalami hal serupa. Padahal, planet ini masih berada di dalam orbit terdekat dengan Matahari.

Pada kenyataannya, Merkurius  tak memiliki atmosfer sehingga akan melihat Matahari menghilang ketika suhu mulai mencapai 427 derajat Celcius hingga minus 173 derajat Celcius. Suhu tersebut menjadi penanda waktu beralih ke malam.

Merkurius juga memiliki waktu putar sepanjang 58 hari. Namun, pergi ke Venus akan lebih buruk lagi. 

Di planet Venus, lapisan awan tebal dan atmosfer yang sangat padat menghalangi sinar Matahari. Suhu tinggi dan hujan asam di sana, juga akan dengan mudah melelehkan pakaian. Demikian menurut yang dilansir IFL Science pada Rabu (8/5/2019).

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Matahari Tenggelam di Mars

Mars
Pemandangan Mars pada saat Matahari terbit yang diambil dari wahana InSight. (Foto: NASA)

Bumi dan Mars seperti dunia cermin. Dari angkasa, Mars terlihat merah sehingga sering disebut Planet Merah. Sementara jika dilihat dari Mars, Bumi memantulkan warna biru.

Mars adalah gurun yang dingin. Bumi penuh dengan air dan kehidupan.

Namun, ada perbedaan aneh lainnya. Langit di Mars berwarna merah sementara matahari terbenam berwarna biru.

Mengapa bisa begitu? Dikutip dari IFL Science, alasan di balik warna biru saat senja di Mars mirip dengan warna matahari terbenam di Bumi.

Secara ilmiah, kondisi cahaya dari Matahari tercerai berai karena atmosfer. Sinar Matahari terdiri dari cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda, sedangkan molekul dan partikel debu hanya berinteraksi dengan gelombang tertentu.

Hamburan cahaya partikel-partikel inilah yang menjadi kunci untuk warna yang kita lihat.

Di Mars, atmosfer sangat renggang. Tekanannya setara dengan 1 persen Bumi. Atmosfer di Planet Merah itu tercipta karena karbon dioksida dan memiliki banyak debu.

Debu halus ini cenderung menyebarkan cahaya merah sehingga langit tampak kemerahan. Namun di sisi lain, memungkinkan cahaya biru tembus. Di Bumi, kondisi sebaliknya justru terjadi.

Reporter: Maulana Kautsar

Sumber: Dream.co.id

(Jek)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya