Liputan6.com, Jakarta - Celah keamanan pada aplikasi WhatsApp dimanfaatkan oleh aktor jahat untuk membobol perangkat korbannya.
Rupanya, belakangan diketahui kalau software jahat tersebut dibesut oleh perusahaan Israel, NSO Group. NSO Group membuat program software mata-mata alias spyware bernama Pegasus.
Spyware ini memungkinkan pemiliknya untuk mengakses seluruh isi smartphone korban, mulai dari pesan, riwayat panggilan, hingga data lokasi.
Advertisement
Nama Pegasus menyeruak ke permukaan pada 2016, yakni saat dipakai untuk memata-matai aktivis HAM di Uni Emirat Arab. Sejak itu, Pegasus dikaitkan dengan kasus-kasus seperti pembunuhan jurnalis The Washington Post asal Arab Jamal Khashoggi hingga penangkapan bandar narkorba oleh pemerintah Meksiko.
Baca Juga
Meski begitu, NSO Group pada dasarnya bersifat sangat rahasia. Mengutip Business Insider Singapore, Kamis (16/5/2019), firma Israel ini menjual berbagai tool peretasan untuk pemerintah, militer, hingga agensi intelijen.
NSO terus main aman, bahkan sampai berulang kali ganti nama. Berikut adalah sejumlah fakta yang diketahui tentang NSO Group:
1. Didirikan Tahun 2009
NSO Group bermarkas di Herzliya, Israel, dan didirikan pada Desember 2009 oleh Omri Lavie dan Shalev Hulio dan seorang pendiri lain yang mengundurkan diri. Selanjutnya, Lavie dan Hulio menjadi pemegang saham mayoritas.
Namun pada 2014, sebuah perusahaan swasta asal San Francisco, yakni Francisco Partner mengakuisisi saham mayoritas NSO Group dengan nilai USD 120 juta. Meski diakuisisi oleh perusahaan AS, operasi NSO Group masih di wilayah Israel.
Pada profil LinkedIn-nya, Hulio mengatakan, dia memimpin perusahaan bersama dengan Kementerian Pertahanan Israel. Sementara, Lavie menyebut dirinya merupakan seorang pegawai pemerintahan Israel.
Tidak hanya itu, tiga karyawannya menyebut, mereka pernah bekerja di Unit 8200, agensi keamanan Israel. Tidak hanya itu, ada pula karyawan NSO Group yang berasal dari agensi intelijen Israel Mossad.
Selanjutnya pada awal 2019, NSO Group berpisah dengan Francisco Partner. Kini, perusahaan ini dijalankan oleh para pendirinya dan bermitra dengan perusahaan ekuitas Eropa bernama Novalpina Capital.
2. Klaim Teknologinya Selamatkan Puluhan Orang
Hulio saat diwawancara media mengatakan, "kami menjual Pegasus untuk mencegah kejahatan dan aksi teror."
"Agensi-agensi intelijen yang datang ke kami mengatakan, mereka memiliki masalah dengan smartphone baru, kita tidak dapat mendapatkan kecerdasan yang berharga," tuturnya.
Dalam wawancara juga disebutkan, seorang pejabat keamanan Eropa mengonfirmasi bahwa perangkat lunak NSO Group telah dipakai untuk menggagalkan upaya serangan teror di Eropa.
Masih dalam tayangan yang sama, pemimpin kelompok HAM Citizen Lab Universitas Toronto Ron Deibert mengatakan, spyware milik NSO Group berpotensi disalahgunakan.
"Hanya dengan membelinya, teknologi ini dapat digunakan para diktator otrokratis dan dapat meningkatkan operasi spionase dunia maya," tutur Deibert.
Advertisement
3. Punya 230 Karyawan
Dalam laman web perusahaan, NSO Group tidak mendeskripsikan hal apa saja yang dilakukan mereka. Namun, dikatakan bahwa NSO Group memiliki lebih dari 230 karyawan.
"Kami mengembangkan teknologi yang memungkinkan intelijen pemerintah dan agensi penegak hukum untuk mencegah dan menginvestigasi terorisme dan kejatan," kata NSO Group, terkait apa yang dilakukan perusahaan.
Tidak hanya itu, NSO Group juga mengklaim pihaknya menyediakan tool yang mendukung otoritas untuk menangani masalah paling berbahaya di dunia.
"Pemerintah menggunakan produk kami untuk mencegah terorisme, mengakhiri operasi kriminal, menemukan orang hilang, dan membantu tim SAR," kata perusahaan.
4. Ahli Dalam Perang Siber
Dalam brosur yang diunggah secara online oleh Privacy International, dijelaskan bahwa NSO Group menawarkan solusi peretasan untuk berbagai jenis smartphone.
Solusi ini tersedia secara ekslusif untuk pemerintah, penegak hukum, dan agensi intelijen.
Brosur tersebut juga menyebut NSO Group merupakan pemimpin dalam bidang perang siber dengan tool-nya yang bernama Pegasus.
Pegasus dirancang untuk memantau dan mengekstrak semua data milik target melalui perintah yang tak dapat dilacak serta memungkinkan adanya pemantauan jarak jauh dan diam-diam.
5. Dijual Mahal
Klien NSO Group meliputi Panama dan Meksiko, hingga seluruh dunia. Pegasus dihargai USD 8 juta oleh pemerintah Panama.
Bahkan, pendapatan tahunan NSO bisa mencapai USD 75 juta pada 2015, demikian menurut laporan Reuters.
Advertisement
6. Bisa Retas Beragam Smartphone
NSO pernah mendemonstrasikan metode peretasannya di smartphone BlackBerry, Android, dan iPhone pada 2013.
"Smartphone (korban) merupakan walkie-talkie. Sebagian besar solusi tidak memadai, jadi harus dibangun alat baru," kata Lavie, salah satu pendiri NSO.
Nah, Pegasus bisa menginfeksi smartphone tertarget dengan dua cara yakni melalui pesan SMS.
Penyerang bisa mengirim pesan ke target dan membuat smartphone target memuat tautan berbahaya. Ketika pengguna mengklik tautan itu, perangkat mereka pun terinfeksi.
Setelah perangkat terinfeksi, penyerang bisa mengambil alih seluruh data pribadi di dalamnya.
"Kami benar-benar hantu. Kami benar-benar transparan terhadap target dan kami tidak meninggalkan jejak," kata Lavie.
(Tin/Ysl)