Asteroid Seukuran Gedung Pencakar Langit Bakal Lintasi Bumi Pada 14 September

Dalam laporan disebutkan asteroid ini akan meluncur dengan kecepatan 14.361 mil per jam.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 29 Agu 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2019, 12:00 WIB
Melihat Habitat Flamingo di Tengah Mewahnya Kota Dubai
Burung flamingo terbang bermigrasi melewati gedung tertinggi di dunia, Burj Khalifa di Dubai, Uni Emirat Arab (28/1). Meski terdiri dari gedung-gedung mewah, pemerintah Dubai tetap menjaga habitat burung flamingo. (AP Photo / Kamran Jebreili)

Liputan6.com, Jakarta - Pada 14 September 2019, sebuah asteroid bakal melintasi Bumi. Ukuran asteroid ini disebut-sebut berdiameter sebesar gedung pencakar langit tertinggi di dunia Burj Khalifa di Dubai.

NASA mengidentifikasi asteroid yang dimaksud sebagai 2000 QW7. Mengutip laman CNN, Kamis (28/8/2019), diameter asterioid ini diperkirakan 290 hingga 650 meter atau sekitar 2.132 kaki.

Sementara, tinggi Burj Khalifa adalah 2.717 kaki dan gedung tertinggi kedua di dunia, Shanghai Tower setinggi 2.073 kaki.

Masih menurut laporan yang sama, asteroid ini akan meluncur dengan kecepatan 14.361 mil per jam. Jarak terdekatnya dengan Bumi saat melintas adalah 3.312.944 mil pada 14 September 2019.

Meski ukurannya besar dan melintas di dekat Bumi, astronom percaya asteroid ini tidak berpotensi bahaya. Demikian menurut Pusat Studi Benda-Benda di Dekat Bumi NASA yang telah berhasil melacak keberadaan asteroid ini.

Pada Juni lalu, para astronom menunjukkan, hasil pengamatan lewat teleskop bisa jadi alat akurat untuk memberi peringatan ke manusia, jika ada asteroid yang hendak menabrak Bumi.

Dikenali Lewat Teleskop Atlas

Ilustrasi asteroid
Ilustrasi asteroid (Wikipedia)

Para astronom di University of Hawaii menggunakan teleskop Atlas dan Pan-Starrs untuk mendeteksi asteroid kecil sebelum batuan angkasa itu memasuki atmosfir Bumi pada bulan Juni lalu.

Saat itu, asteroid yang dimaksud bernama 2019 MO dengan diameter 13 kaki dan jaraknya sangat dekat, hanya 310 ribu mil dari Bumi. Dasilitas Atlas ini mengobservasi asteroid 2019 MO selama 4 kali dengan waktu lebih dari 30 menit, tengah malam di Hawaii.

Analis Software di Jet Propulsion Laboratory NADA melihat ada potensi tabrakan dengan skala Scout 2. Sekadar informasi, skala 0 artinya "tidak akan (bertabrakan)". Sementara skala 4 artinya "ada kemungkinan (bertabrakan)".

Navigator Engineer di JPL NASA Davide Farnocchia meminta observasi lanjutan karena ia mendeteksi, asteroid 2019 MO ini telah berada sangat dekat dengan Puerto Rico.

Bantu Ilmuwan Identifikasi Asteroid

Asteroid (0)
Ilustrasi lintasan asteroid menuju Bumi. (Sumber Pixabay)

Teleskop Pan-Starrs juga dioperasikan dan berhasil menangkap bagian langit yang bisa menampilkan gambaran mengenai si asteroid.

Sejumlah gambar dari teleskop Pan-Starr membantu para ilmuwan untuk menentukan lebih baik jalan masuk bagi asteroid ini, di mana asteroid tersebut menabrak dengan skala Scout 4 .

Kalkulasi ini cukup tepat, pasalnya radar udara di San Juan mendeteksi asteroid itu terbakar saat hendak masuk atmosfer Bumi. Meteor--asteroid yang memasuki Bumi--masuk ke atmosfer Bumi di laut, 236 mil sebelah selatan kota.

Dua teleskop Atlas yang berjarak 100 mil dari Big Island dan Maui telah memindai seluruh langit selama dua malam. Dengan begitu, mereka bisa tahu kalau asteroid tersebut bisa menabrak Bumi.

Teleskop ini mampu menemukan asteroid kecil sekalipun, setengah hari sebelum asteroid tiba di Bumi. Sementara untuk asteroid besar, bisa dideteksi berhari-hari sebelumnya.

(Tin/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya