Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di Facebook menyebut, mereka telah membuat sistem machine learning yang bisa dipakai untuk mengidentifikasi seseorang dalam sebuah video.
Dengan begitu, sistem AI ini mampu mendeteksi apakah sebuah video merupakan deepfake atau tidak. Deepfake merupakan hoaks yang beredar dalam bentuk video.
Advertisement
Startup bernama D-ID dan sejumlah pihak membuat teknologi untuk mengidentifikasi gambar foto, namun ini adalah pertama kalinya identifikasi dilakukan di video.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip Venture Beat, Selasa (29/10/2019), pada tes awal metode ini mampu menggagalkan sistem pengenalan wajah yang canggih.
AI untuk modifikasi video bekerja otomatis dan tidak perlu dilatih ulang untuk diterapkan ke tiap video.
Teknologi ini memetakan versi yang sedikit terdistorsi pada wajah seseorang untuk mempersulit face recognition dalam mengidentifikasi seseorang.
"Facial recognition dapat menyebabkan hilangnya privasi. Sementara, teknologi penggantian wajah mungkin saja disalahgunakan untuk membuat video menyesatkan," demikian bahasan dalam sebuah makalah tentang AI Facebook tersebut.
Makalah itu menyoroti tentang penyalahgunaan face recognition. Oleh karena itu, diperlukan teknologi untuk mengerti metode identifikasi ulang atau de-identifikasi.
Bantu Kenali Deepfake
Kontribusi ini cocok untuk video, termasuk live video, dan menyajikan kualitas yang melampaui metode literatur.
Pendekatan Facebook memasangkan auto enkoder yang berlawanan dengan jaringan classifier.
Engineer Facebook AI Reserarch sekaligus Profesor Tel Aviv University Lior Wolf mengatakan, sebagai bagian dari pelatihan jaringan, para peneliti mencoba mengelabuhi jaringan face recognition.
"Auto enkoder itu membuat face recognition sulit bekerja mengenali wajah. Ini merupakan teknik umum yang juga bisa dipakai untuk menutupi wajah seseorang, suara, perilaku online atau informasi apapun yang ingin dihapus," kata Wolf.
Advertisement
Bagaimana Penjelasannya?
Penjelasannya, seperti teknologi faceswap pada software deepfake, AI bekerja menggunakan arsitektur enkoder dan dekoder untuk menghasilkan topeng dan gambar.
Selama pelatihan tersebut, wajah sesorang didistorsikan, kemudian dimasukkan ke jaringan.
Sistem kemudian akan menghasilkan gambar yang terdistorsi maupun tidak terdistorsi dari wajah seseorang, kemudian memasukkannya dalam video.
Juru bicara perusahaan mengungkap, Facebook tidak memiliki rencana untuk mengaplikasikan teknologi ini ke aplikasi-aplikasi miliknya dalam waktu dekat.
Namun, kata juru bicara tersebut, metode tersebut bisa memungkinkan pidato publik tetap dikenali oleh orang-orang, tetapi tidak dikenali sistem AI.
(Tin/Isk)