Liputan6.com, Jakarta - Platform video conference Zoom kini tengah naik daun, seiring dengan banyaknya perusahaan yang menerapkan bekerja di rumah (work from home).
Namun, di tengah maraknya penggunaan Zoom untuk video conference atau video meeting, pengguna juga dihadapkan dengan ancaman Zoombombing dari pihak asing.
Advertisement
Baca Juga
Zoombombing sendiri bisa dibilang merupakan adalah serangan atau gangguan dari pihak luar yang membajak video conference.
Gangguannya pun beragam, si penyerang bisa mengirimkan konten tidak pantas seperti video porno, kata-kata makian, ujaran kebencian, sampai paham rasisme.
Alih-alih karena peretasan, Pakar Keamanan Siber Alfons Tanujaya menyebut, Zoombombing lebih mengarah pada kelalaian admin atau host video conference Zoom.
"Kalau admin mengerti, sebelum menjadi tuan rumah video conference Zoom mereka (admin) perlu mempelajari dulu dengan baik, apa saja fitur di dalamnya dan bagaimana cara mengamankan video conference. Kalau sudah paham, baru hosting," kata Alfons dalam video conference yang diikuti Tekno Liputan6.com, Kamis (16/4/2020).
Pertama, kata Alfons, pastikan agar admin atau peserta video conference tidak membagikan link meeting dan password-nya sembarangan, misalnya dibagikan secara terbuka di media sosial atau seluruh grup obrolan.
"Kalau jatuh ke tangan yang salah, ini akan jadi masalah," kata Alfons.
Tips Jadi Admin Zoom
Kedua, saat hendak hosting video conference, admin harus mengaktifkan Waiting Room atau ruang tunggu. Caranya dengan masuk ke menu Meeting Setting dan pilih opsi Waiting Room.
Waiting Room di sini bermaksud menyeleksi siapa saja yang boleh masuk ke video conference. Tanpa ada Waiting Room ini, siapapun yang memiliki link undangan meeting bisa masuk, sekalipun orang yang tidak dikenal.
Ketiga, ketika para peserta yang diseleksi sudah bergabung ke panggilan video meeting, admin bisa menentukan untuk mengizinkan atau tidak mengizinkan peserta berbagi layar (Share Screen), obrolan (Chat), atau mengubah nama mereka (Rename Themselves).
"Matikan semua fitur yang tidak diperlukan, entah itu fitur screen sharing, chat, atau mengganti tampilan nama mereka," kata Alfons.
Hal ini, dimaksudkan agar para peserta tidak bisa membagikan layar komputer mereka ke panel meeting. Jika admin tidak mengontrol hal ini dengan baik, bisa saja Zoombombing terjadi, karena siapa saja bebas membagikan layar mereka ke panel.
Begitu juga dengan chat. Menurut Alfons, jika ada orang tidak bertanggung jawab yang membagikan link atau tautan phising dan peserta lain mengekliknya, informasi kredensial pun bisa didapatkan oleh si penyerang.
Advertisement
Tips Jadi Admin Zoom
Keempat, admin harus mengunci (lock) meeting. Siapa pun tidak bisa bergabung setelah admin mengunci video meeting, meski yang bersangkutan memiliki link atau password meeting.Â
Alfons mengatakan, pengaturan seperti ini memang terkesan lebih rumit bila diterapkan, tetapi hal ini penting dilakukan demi keamanan video conference dari gangguan Zoombombing.
"Admin di Zoom ini sangat berperan sekali dalam keamanan video meeting dari Zoombombing. Tanggung jawab admin besar, oleh karenanya harus tahu dulu sebelum meng-hosting video meeting," kata dia.
Update Aplikasi
Tips kelima, berlaku bagi semua pengguna Zoom, yakni seluruh pengguna wajib memperbarui aplikasi Zoom mereka ke versi terbaru.
Pasalnya, versi terbaru aplikasi selalu memberikan pembaruan atau update atau perbaikan fitur-fitur yang ada.
Misalnya, pihak Zoom memberikan update mengenai waiting room, izin untuk share screen, izin agar pengguna bisa saling chat, dan izin ganti nama.
(Tin/)
Advertisement