Siapkan Generasi Muda Melek Kecerdasan Buatan, Intel Gelar Program AI for Youth

Program yang digelar Intel Indonesia ini bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Orbit Future Academy.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 14 Agu 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2020, 08:00 WIB
Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Kredit: Geralts via Pixabay
Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Kredit: Geralts via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Intel Indonesia baru saja mengumumkan peluncuran program Intel AI for Youth. Program ini merupakan hasil kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Orbit Future Academy.

Program ini bertujuan untuk memperluas kesiapan tentang kecerdasan buatan di sekolah negeri. Selain itu, program ini juga diadakan untuk memberdayakan siswa dalam pemanfaatan keceradasan buatan untuk membangun Indonesia dan sejalan dengan penerapan Industri 4.0.

Dalam program tahap pertama, ada 100 siswa dan 40 guru dari 20 sekolah terpilih dari seluruh Indonesia. Nantinya, mereka akan menggunakan prinsip dan teknik yang dipelajari dari program ini untuk mengembangkan solusi berbasis teknologi.

Tiap sekolah diharapkan mampu mengembangkan solusi untuk memecahkan berbagai tantangan yang dihadapi sekolah dan masyarakat di masa pandemi Covid-19 melalui pemanfaatan kecerdasan buatan.

"Indonesia bertransisi dari ekonomi berbasis sumber daya menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Tenaga kerja yang siap dengan kecerdasan buatan, serta terampil logika komputasi dan kemampuan memecahkan masalah menjadi sangat penting bagi keberhasilan transisi ini," tutur Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, dalam keterangan resmi yang diterima, Jumat (14/8/2020).

Dari hasil yang didapatkan pada tahap pertama nanti, Kemendikud dan Orbit Future Academy akan memperluas program AI for Youth ini ke lebih dari 10 ribu sekolah di 34 provinsi di Indonesia.

Lebih lanjut Nadiem menuturkan, kecerdasan buatan telah digunakan di seluruh dunia untuk memecahkan tantangan sosial, ekonomi, dan kesehatan. Karenanya, program ini diharapkan dapat membantu siswa Indonesia menyediakan akses pada perangkat, kurikulum, dan pelatihan kecerdasan buatan. 

Kecerdasan Buatan dalam Making Indonesi 4.0

Intel
Tampilan Intel Core yang menggunakan Intel Hybrid Technology. (Doc. Intel)

Sebagai informasi, kecerdasan buatan merupakan salah satu dari lima pilar utama dalam pembuatan peta jalan Making Indonesia 4.0. Indonesia juga bergabung bersama negara lain di kawasan Asia Tenggara untuk melaksanakan program kesiapan kecerdasan buatan di sekolah.

"AI for Youth adalah program inklusif dan multidisiplin yang mendorong partisipasi siswa dan guru, tidak hanya mereka yang memiliki latar belakang matematika, dan fisika," tutur Ketua Kehormatan dan Co-Founder Orbit Future Academy, Ilham A. Habibie.

Indonesia sendiri menjadi negara kedua di Asia Tenggara dan kesebelas di dunia yang memperkenalkan program AI for Youth di sekolah. Sebelumnya, program ini sudah lebih dulu diluncurkan di India, Polandia, Korea Selatan, Jerman, Singapura, Inggris, Tiongkok, Rusia, Israel, dan Amerika Serikat.

"Tujuan kami adalah untuk mendemokratisasi kecerdasan buatan dengan program AI for Youth skala besar bagi remaja di 30 negara dan 30.000 institusi di seluruh dunia, sekaligus memberdayakan lebih dari 30 juta orang dengan pelatihan keterampilan kecerdasan buatan pada 2030," ujar Managing Director Intel APJ Territory Santhosh Viswanathan.

Nokia Jalin Kemitraan dengan Intel untuk Pengembangan 5G

Jaringan HP 4G dan 5G
Ilustrasi Foto Jaringan Telpon Seluler atau HP 4G dan 5G. (iSrockphoto)

Di sisi lain, Nokia menjalin kemitraan dengan Intel untuk mempercepat pengembangan teknologi 5G.

Kemitraan ini menyusul pengembangan SoC (System on a Chip) Reefshark yang lebih lambat dari ekspektasi perusahaan.

Reefshark merupakan SoC yang memungkinkan satu chip dapat menampung semua sistem komputasi. Oleh sebab itu, SoC ini diharapkan dapat membantu Nokia untuk memproduksi peralatan dengan harga lebih murah.

"Nokia bekerja dengan banyak mitra untuk mendukung keluarga chipset ReefShark, yang digunakan dalam banyak elemen dasar," kata Nokia dikutip dari Reuters, Jumat (6/3/2020).

Sebelumnya Nokia menyebut telah menggandeng 350 orang insinyur demi mempercepat pengembangan 5G.

Perusahaan asal Finlandia itu mengatakan, dari 350 insinyur itu, 240 di antaranya ditempatkan di unit jaringan mobile. Sementara sisanya ditugaskan di unit yang mengerjakan IC untuk SoC yang mendukung 5G.

(Dam/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya