Liputan6.com, Jakarta - Sharp Indonesia mengungkap lini plasmacluster yang ada di sejumlah produk besutannya ternyata menjadi andalan di masa pandemi ini. Hal itu diungkapkan oleh National Sale Senior Manager Sharp Indonesia, Andry Adi Utomo dalam konferensi pers terbaru.
Menurut Andry, lini plasmacluster di tahun ini meningkat pesat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, lini plasmacluster menolong penjualan produk lain yang mengalami penurunan.
"Penjualan plasmacluster di masa pandemi luar biasa. Growth kami dari tahun lalu, bisa sampai lima kali lipat. Itu baru dari air purifier. Makanya, kami tertolong dengan plasmacuster, di saat produk lain mengalami penurunan," tuturnya.
Advertisement
Lini plasmacluster sendiri sebenarnya tidak hanya hadir di air purifier besutan Sharp, melainkan ada AC, kulkas, maupun ion generator.
Andry mengatakan peningkatan lini produk dengan teknologi tidak lepas dari kebutuhan masyarakat yang saat ini lebih banyak beraktivitas di rumah.
Baca Juga
"Dengan PSBB, orang lebih banyak di rumah, sehingga lebih banyak yang mencari AC. Bedanya, dengan kondisi saat ini, mereka mencari yang sudah ada teknologi plasmacluster," tuturnya.
Kondisi yang sama juga berlaku untuk kulkas, sebab kini orang lebih banyak menyimpan bahan makanan.
Melihat kondisi tersebut, Andry pun menargetkan agar lini plasmacluster hingga akhir tahun ini dapat terjual rata-rata 10 ribu per bulan. Lalu untuk tahun depan, dia menargetkan dapat menjual hingga 15 ribu unit per bulan.
Secara keseluruhan, lini plasmacuster dari Sharp sendiri sudah terjual hingga 90 juta unit di seluruh dunia hingga sekarang. Sementara untuk di Indonesia sendiri, ada sekitar 1 hingga 1,5 juta unit plasmacuster yang sudah terjual sejak hadir di tahun 2000 sampai saat ini.
Sharp Uji Coba Teknologi Plamascluster untuk Tangkal Covid-19, Hasilnya?
Baru-baru ini, Sharp baru saja mengumumkan hasil penelitian terbaru dari pemanfaatan teknologi Plasmacluster miliknya untuk menghadapi virus Covid-19 yang sedang merebak saat ini.Â
Dalam penelitian ini Sharp bekerja sama dengan sejumlah peneliti universitas di Jepang.
Adapun penelitian melibatkan Profesor Jiro Yasuda dari Pusat Penelitan Nasional untuk Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular dari Universitas Nagasaki, Profesor Asuka Nanbo (anggota Dewan Perkumpulan Virologi Jepang) dari Universitas Nagasaki, dan Profesor Hironori Yoshiyama dari Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Shimane.
Penelitian ini dilakukan mengingat ada indikasi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dapat bertahan di udara, apabila kondisi lingkungannya memungkinkan. Salah satu contohnya adalah sirkulasi udara yang tidak baik.
"Selama ini, Sharp juga telah banyak melakukan uji coba keampuhan teknologi plasmacluster untuk berbagai macam virus, termasuk kelompok virus corona. Pada 2004, kami mencobanya pada virus corona yang menyebar melalui kucing. Lalu pada 2005, kami mencobanya untuk virus penyebab SARS, yakni SARS-Cov," tutur SAS Global Plasmacluster Equipment Product Planning Division General Manager, Hiromasa Okajima lewat webinar yang digelar, Selasa (22/9/2020).
Lantas, bagaimana dengan pemanfaatan teknologi plasmacluster dalam penelitan yang melibatkan virus corona penyebab Covid-19?
Setelah dilakukan uji coba dalam kondisi terkontrol, teknologi plasmacluster dari Sharp ternyata mampu mereduksi jumlah virus yang melayang di udara hingga lebih dari 90 persen.
Sebagai informasi, uji coba ini dilakukan pada piranti dengan volume sekitar tiga liter. Lalu dilakukan pengujian dengan melepaskan virus berbentuk aerosol lewat perangkat uji dari generator, lalu dilakukan proses penyinaran dengan ion plasmacluster.
Selanjutnya, para peneliti menghitung titer virus yang masih berpotensi menginfeksi lewat proses yang dikenal sebagai plaque assay.
Hasilnya, pengaruh ion plasmacluster dari Sharp pada titer infeksi SARS-CoV-2 yang tersuspensi di udara turun hingga 91,3 persen.
Advertisement
Perlu Uji Coba Lebih Lanjut
Hanya perlu diketahui, penelitian ini masih dilakukan dalam kondisi terkontrol. Maksudnya, proses uji coba dilakukan dalam kondisi yang sudah ditentukan.Â
Salah satunya adalah penyinaran ion plasmacluster dalam uji coba ini mencapai 100 ribu ion. Sementara produk konsumen plasmacluster Sharp saat ini memiliki kemampuan menembakkan 10 ribu ion plasmacluster.
Selain itu, penyebaran virus juga dilakukan dalam ruang tertutup, tidak sepenuhnya di udara bebas. Hal itu dilakukan mengingat virus penyebab Covid-19 ini berbahaya dan belum ada vaksinnya.Â
Dengan kata lain, kondisi uji coba ini belum sepenuhnya menggambarkan kondisi sebenarnya. Untuk itu, memang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatannya.
"Kami memang ingin menguji cobanya di situasi nyata, dan akan berkolaborasi dengan sejumlah peneliti untuk melakukan uji coba di situasi nyata," tutur Okajima melanjutkan.
Meski masih perlu penelitian lebih lanjut, Presiden Direktur Sharp Indonesia, Shinji Teraoka mengatakan penelitian ini dapat berguna bagi semua orang, mengingat pandemi ini memang dialami seluruh dunia.
"Dengan hasil uji coba ini, kamu juga lebih percaya diri, sebab teknologi plasmacluster yang sudah ada puluhan tahun ada di perangkat kami, bisa berkontribusi bagi kehidupan orang banyak," tuturnya.
(Dam/Isk)