Twitter Larang Donald Trump Bikin Akun Lagi

CFO Twitter Ned Segal memastikan Donald Trump tidak diizinkan untuk kembali ke platformnya, meskipun dia mencalonkan diri dan menjadi presiden di 2024.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 11 Feb 2021, 11:51 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2021, 11:51 WIB
Donald Trump tanggapi hasil Pilpres AS
Presiden Donald Trump berbicara tentang hasil pemilihan presiden AS 2020 di Gedung Putih, Kamis (5/11/2020). Hingga saat ini proses penghitungan suara pemilihan presiden Amerika masih berlangsung, namun perolehan suara Donald Trump maupun Joe Biden masih bersaing ketat. (AP Photo/Evan Vucci)

Liputan6.com, Jakarta - Twitter menegaskan pihaknya tidak lagi mengizinkan Donald Trump untuk membuat akun di platform-nya. Hal itu diungkapkan CFO Twitter Ned Segal dalam wawancara dengan CNBC.

Dikutip dari Tech Crunch, Kamis (11/2/2021), saat itu Ned menjawab mengenai kemungkinan Donald Trump memiliki akun Twitter kembali apabila dia mencalonkan diri menjadi presiden dan terpilih pada 2024.

"Ini cara kerja kebijakan kami, saat Anda dihapus dari platform, Anda dihapus dari platform. Terlepas apakah Anda komentator, CFO, termasuk mantan atau pejabat publik saat ini," tuturnya.

Ted menuturkan, Twitter memang merancang kebijakannya untuk memastikan orang-orang tidak melakukan hasutan yang mengarah ke kekerasan.

Oleh sebab itu, apabila ada akun yang melakukan hal tersebut, sesuai kebijakan yang ada, mereka tidak diizinkan kembali ke situs microblogging ini.

Sebelumnya, Twitter memang telah mengambil langkah tegas dengan membekukan akun Donald Trump secara permanen pada Januari 2021. Keputusan itu diambil karena kicuan dia dianggap melanggar kebijakan platform.

Menurut perusahaan, setelah melakukan penilaian bahasa dalam twit Donald Trump bulan lalu, Twitter menetapkan kicauan itu telah melanggar kebijakan Glorifikasi Kekerasan sehingga akunnya ditangguhkan permanen.


Tangkal Hoaks dan Disinformasi, Twitter Perkenalkan Birdwatch

Aplikasi Twitter
Aplikasi Twitter. Ilustrasi: Dailydot.com

Di sisi lain, Twitter kembali menegaskan kembali komitmen perusahaan untuk mengatasi peredaran disinformasi dan hoaks yang beredar di platform media sosial mereka.

Salah satu alasan kenapa hoaks banyak beredar di media sosial, karena masih banyak warganet yang enggan membaca kembali atau mengecek ulang sebelum share artikel ke media sosial.

Karena hal tersebut, Twitter mengumumkan upaya terbaru mereka untuk memberantas hoaks dan disinformasi di platform mereka yang bernama Birdwatch.

Ketimbang mengandalkan moderator atau algoritma untuk menandai berita palsu, Birdwatch akan beralih ke pubik dengan upaya mendeteksi postingan hoaks atau menyesatkan.

Dikutip dari blog Twitter,"Birdwatch memungkinkan pengguna mengidentifikasi informasi di cuitan yang diyakini menyesatkan dan menulis catatan berisikan konteks informatif."

"Kami yakin pendekatan ini berpotensi mendapatkan respon yang lebih cepat ketika informasi hoaks menyebar, menyertakan konteks yang lebih dipercaya dan dianggap berharga."

Informasi, Birdwatch saat ini masih dalam tahap pilot project untuk pengguna di Amerika Serikat yang digagas Twitter.


Akan Libatkan Pengguna Twitter di Dunia

Rencana ke depannya, Twitter ingin catatan di twitt tersebut akan bisa dilihat langsung oleh penggunanya secara global, dibantu oleh kontributor yang luas dan beragam.

Saat ini, Twitter masih belum mengungkap kapan perusahaan akan secara resmi Birdwatch ini dapat diakses oleh penggunanya di seluruh dunia.

(Dam/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya